Ada kekhawatiran penggunaan pulsa telepon seluler yang menduduki peringkat ke empat dalam struktur pengeluaran rutin rumah tangga selama 2007, seperti data yang dilansir Indosat, hanya digunakan untuk kegiatan konsumtif.

Data itu memperlihatkan, penggunaan pulsa telepon seluler berada di posisi empat setelah lauk pauk, listrik, dan transportasi. Oleh karenanya perlu banyak penelitian dari perspektif pengguna teknologi informasi dan komunikasi (TIK).

Penelitian dari perspektif pengguna TIK mutlak diperlukan untuk melengkapi riset di bidang teknologi dan riset di bidang regulasi, demikian paparan Mas Wigrantoro Roes Setiyadi, Sekjen Masyarakat Telekomunikasi Indonesia, salah satu narasumber seminar Arah Penelitian Kebijakan Kominfo pada Era Konvergensi, di Jakarta, 4-5 November.

"Bila teknologi informasi tidak dimanfaatkan untuk kegiatan produktif maka akan mendorong kemiskinan," kata dia seraya menambahkan data tentang traffic down load situs-situs yang bersifat musiman dan popular. "Padahal seharusnya percepatan pembangunan infrastruktur itu digunakan untuk mendukung peningkatan kesejahteraan masyarakat," lanjutnya.

Terkait program internet masuk desa, Mas Wigrantoro berkomentar, harusnya masyarakat desa lebih maju dan sejahtera dengan masuknya internet, bukan malah sebaliknya. "Jangan-jangan malah mubazir dan malah mendorong masyarakat desa untuk konsumtif," lanjutnya.

Maka selain dipikirkan tentang bagaimana atau siapa yang belum memiliki akses informasi, kata dia, juga perlu dipikirkan kesiapan masyarakat desa dalam menyikapinya. "Bagaimana caranya agar internet masuk desa bisa membuat masyarakat lebih pintar, masyarakat betah tinggal di desanya karena preferensi orang desa juga berubah," kata Mas Wigrantoro, Deputy Director Truba Manunggal itu.

Mas Wigrantoro mengemukakan sembilan garis besar topik penelitian yang berpotensi mampu meningkatkan nilai produk dan jasa TIK dalam hubungannya dengan penggunaan atau pelanggan, yakni: isu yang terkait dengan layanan, implikasi ekonomi, perubahan perilaku konsumen, pengaruh regulasi, daya saing dan pasar kompetitif, faktor penghambat non-ekonomi, isu gender, teknologi dan riset-riset tentang perlindungan konsumen.

Ekonomi digital

Era konvergensi akan mengubah tatanan ekonomi dari posisi saat ini menuju ekonomi digital yang mengacu pada transaksi dan komoditas ekonomi yang akan didominasi oleh mekanisme transaksi dan produk digital.

"Ekonomi digital membawa konsekuensi bagi munculnya infrastruktur ekonomi baru guna mendukung layanan pasar seperti menjamin transaksi, sarana pembayaran elektronik, layanan logistik produk digital dan infrastruktur fisik yang memungkinkan pelanggan berinteraksi dengan perusahaan dan sesama konsumen di mana saja dan setiap saat," kata Mas Wigrantoro.

Yang dikemukakan oleh Mas Wigrantoro disetujui Kabid Riset Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) Eka Indarto. Dia menyatakan, salah satu misi dan tujuan APJII adalah mendukung terciptanya peluang bisnis pengusaha Indonesia melalui penyediaan sarana informasi dan komunikasi global.

"Teknologi kita sudah memungkinkan untuk munculnya kegiatan-kegiatan ekonomi digital itu," kata Eka Indarto sambil mencontohkan beberapa video yang difasilitasi APJII yang berisi kegiatan ekonomi digital di Bali dan Yogyakarta.

"Yang ini di Yogyakarta tentang kegiatan transaksi elektronik dengan pembeli di manca negara," kata Eka seraya memperlihatkan video tentang pertemuan Usaha Kecil Menengah di Yogyakarta dengan pembeli di mancanegara. "Sedangkan yang ini website peragaan busana yang dilengkapi dengan fitur-fitur lengkap, kalau di klik sepatu akan muncul mereknya apa, baju akan muncul mereknya dan seterusnya," kata Eka.

Ini semua menunjukkan bahwa kegiatan TIK, riset-riset TIK harusnya menimbulkan multiplier effect, mampu memberi dampak ekonomi sehingga bermanfaat untuk kesejahteraan bangsa.

Kabadan Litbang SDM Depkominfo Cahyana mengemukakan, penelitian harus memiliki multiplier effect, mampu memberi dampak ekonomi sehingga bermanfaat untuk kesejahteraan bangsa.

Selain itu, kata Cahyana, saat ini penting untuk melakukan riset terpadu. "Seminar ini diperlukan guna mengharapkan masukan dari berbagai pihak, mengedepankan aspek koordinatif dan kolaboratif sehingga hasilnya diharapkan bisa berpengaruh terhadap aspek kebijakan pemerintah," kata Cahyana.

"Kita sedang menuju komunitas pembelajar, bagaimana membangun Community of Practices, menuju Sharing Knowledge Community, dilanjutkan dengan kolaborasi atau Best Practices Community sehingga terbangun Innovation Community," kata dia. (*)

Oleh Oleh Dyah Sulistyorini
Editor: Bambang
COPYRIGHT © ANTARA 2009