Berdasarkan pantauan ANTARA di Dumai, Selasa, penerapan sistem yang lebih manusiawi tersebut antara lain dilakukan dengan membuat ruang VIP bagi mereka yang kerap tersisih dalam pelayanan publik.
Ruang VIP itu terdiri atas ruangan untuk ibu-ibu menyusui, ruangan untuk balita (anak-anak bawah lima tahun), dan ruangan manula (orang lanjut usia).
Dengan diberikan ruang tersendiri, maka tiga kelompok masyarakat tersebut diberikan kekhususan dibandingkan dengan warga umum lainnya.
Dalam ruang menyusui, contohnya, para para ibu-ibu bisa memberikan susu kepada buah hatinya tanpa merasa risih dengan pandangan orang lain.
Menurut Kepala Kantor Imigrasi Dumai, Icon Siregar, pembuatan ruang VIP tersebut baru dilaksanakan sejak sekitar empat bulan yang lalu.
Program perbaikan, ujar Icon, bukan hanya dilakukan sebatas pembuatan ruangan tersebut, tetapi juga penegakan tegas terhadap praktek percaloan.
Seorang warga, Tony Marifi yang ditemui di kantor imigrasi mengatakan, praktek percaloan tidak akan mungkin diberantas secara penuh. Namun, ia merasa bahwa praktek percaloan dinilai berkurang drastis.
"Selain itu, pelayanan juga menjadi lebih cepat daripada sebelumnya," katanya.
Icon memaparkan, pihaknya juga telah membuka kotak saran yang merupakan sarana pengaduan bagi warga yang merasakan kekurangan dalam pelayanan keimigrasian.
"Ada yang menulis, pelayanan cukup baik tetapi coba senyumnya juga ditingkatkan," kata Icon yang menjabat sebagai Kepala Kantor Imigrasi Dumai sejak Februari 2009.
Selain itu, ujar dia, terdapat pula warga yang menginginkan agar di dalam kantor imigrasi dapat diputarkan CD untuk mengurus dokumen bagi calon jemaah haji.
Kantor Imigrasi Dumai secara keseluruhan memiliki luas 19.554 meter persegi, dengan luas bangunan utama kantor imigrasi sebesar 1.400 meter persegi.
Setiap harinya, Kantor Imigrasi Dumai kerap melayani pengurusan dokumen paspor dari sekitar 20 orang.(*)
Pewarta: kunto
Editor: Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2009
