Jakarta (ANTARA News) - Aktivis "Greenpeace" dari Kota Besar Pulau Jawa, Sabtu, melakukan aksi untuk mendorong serta menagih janji dan komitmen Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk mengurangi emisi karbon di Jakarta.

Para aktivis itu meminta agar janji SBY untuk segera diwujudkan menjadi aksi nyata dengan menghentikan deforestasi untuk menanggulangi bencana perubahan iklim.

Lebih dari 400 aktivis berkumpul di Monumen Nasional dan berjalan menuju Bunderan Hotel Indonesia di mana mereka membentangkan "banner" bertuliskan "Cukup Bberbicara Saatnya Bertindak", "Lindungi Hutan untuk Masa Depan".

Pada pertemuan G20 di Pittsburgh beberapa waktu lalu, Presiden Yudhoyono memperlihatkan kepemimpinan iklimnya dengan mengeluarkan komitmen menurunkan emisi Indonesia sebesar 26 persen pada 2020 dan bisa meningkat menjadi 41 persen dengan dukungan internasional.

Menurut Greenpeace, hal ini harus dibarengi dengan komitmen negara industri untuk secara drastis menurunkan emisi di negaranya dan mendukung negara berhutan tropis seperti Indonesia dengan menyediakan dana perlindungan hutan di bawah skema Pengurangan Emisi dari Deforestasi dan Degradasi Hutan (REDD).

"Presiden Yudhoyono telah memperlihatkan kepemimpinannya dengan berkomitmen mengurangi emisi karbon. Sekarang anak-anak muda ini melakukan aksi untuk mendorong komitmen ini menjadi aksi nyata dengan secepatnya menghentikan deforestasi," ujar Yuyun Indradi, Jurukampanye Hutan Greenpeace Asia Tenggara.

Yuyun mengatakan bahwa perubahan iklim yang cepat akan mempengaruhi seluruh kehidupan karena sekarang semuanya tergantung pada para pembuat kebijakan untuk memastikan generasi muda memiliki masa depan yang bebas dari perubahan iklim yang berbahaya

Aksi ini diselengarakan setelah Greenpeace membuka Kamp Pelindung Iklim atau Climate Defenders Camp di Semenanjung Kampar tiga minggu lalu, dengan dukungan kuat masyarakat setempat, untuk menyoroti perusakan hutan di lahan gambut oleh perusahaan kertas.

Minggu lalu ratusan masyarakat berkumpul di sekitar kamp Greenpeace dan menghentikan upaya polisi untuk mengusir aktivis dari kamp.

Semenanjung Kampar adalah salah satu penyimpanan karbon terbesar di dunia dengan kedalaman hingga 15 meter, yang dapat menyimpan lebih dari dua miliar ton karbon.

Apabila lahan gambut Kampar dirusak untuk industri pulp dan kertas maka akan menambah emisi Indonesia dan bertentangan dengan komitmen Presiden Yudhoyono.

Namun awal minggu ini, Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan memerintahkan perusahaan pulp dan kertas Asia Pacific Resources International Holding Limited (APRIL) menghentikan sementara aktivitas penggundulan hutan Kampar, sementara pemerintah melakukan kajian ulang atas perizinannya.

"Asia Tenggara adalah kawasan yang paling rentan tetapi paling tidak siap menghadapi perubahan iklim. Kami menyambut baik komitmen Presiden demi menyelamatkan masa depan Indonesia. Sekarang saatnya tindakan nyata harus dilakukan, dengan cara sesegera mungkin melindungi hutan alam dan gambut kita yang sangat berharga," ujar Nur Hidayati, Perwakilan Indonesia, Greenpeace Asia Tenggara.(*)

Pewarta: handr
Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2009