Padang Pariaman (ANTARA News) - Ruas jalan menuju daerah gempa dan tanah longsor Nagari Padang Alai, Kecamatan V Koto Timur, Kabupaten Padang Pariaman dari arah Kecamatan Patamuan, masih terputus yang menambah derita korban genpa karena perekonomian terganggu akibat kesulitan membawa hasil pertanian.

"Jalan itu adalah jalur utama untuk membawa hasil pertanian warga Padang Alai terutama kelapa dan kakao," kata Anas (35) koordinator Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Padang Alai kepada ANTARA di Pariaman, Selasa.

Ia menyebutkan, karena jalan masih putus sehingga hasil pertanian tidak bisa dibawa akibatnya harga merosot yang menambah derita korban gempa dan tanah longsor.

"Harga kelapa sekarang turun drastis menjadi Rp600 per butir dari sebelumnya Rp1.400 karena pembeli besar (toke) tidak bisa masuk Padang Alai karena jalan terputus," tambahnya.

Sebelumnya bencana, jalur itu digunakan membawa kelapa dan kakao petani Padang Alai ke Pasar Nagari Tandikek, Kecamatan Patamuan untuk selanjutnya dibeli pedagang besar dan dipasok ke pasar-pasar Sumbar hingga provinsi tetangga.

Menurut dia, ada satu jalur jalan lagi menuju Padang Alai melalui Korong (kampung) Limau Purut, namun kondisi jalannya juga rusak berat meski masih dapat dilewati dengan jarak tempuh lebih jauh dibanding melalui Kecamatan Patamuan.

Jika hasil pertanian dibawa melalui jalur Limau Purut biaya transpor lebih mahal dan melewati jalan rusak berat, sehingga harga jual juga merosot, tambahnya.

Akibat jatuhnya harga hasil pertanian membuat perekonomian masyarakat di daerah bencana itu semakin memburuk dan menambah derita mereka, katanya.

Sementara itu, pantauan ANTARA di jalur jalan yang masih terputus itu, nampak longsoran tanah menimbun badan jalan pada kawasan tanjakan di lereng Perbukitan Gunung Tigo, sehingga kendaraan bermotor dilarang mendaki karena tidak ada tempat untuk berbelok di tanjakan curam itu.

Menjelang tanjakan, warga meminta pengendara termasuk yang membawa bantuan untuk tidak melanjutkan perjalanan melewati ruas jalan itu dan diminta kembali berbelok.

"Sia-sia mereka mendaki, karena di tanjakan atas badan jalan tertutup tanah longsor, jika ada yang nekad naik maka tidak bisa berbelok lagi karena lebar jalan sempit dan disisinya terdapat jurang dan sisi lainnya tanah perbukitan yang sebagian juga telah longsor," kata Joni (32) warga setempat.

Menurut dia, jalan yang masih tertimbun tanah mencapai sekitar 500 meter di tanjakan curam pada pinggang perbukitan Gunung Tigo.

Alat berat sulit masuk ke lokasi, karena jalannya menanjak curam, sempit dan telah retak serta rengkah, sehingga operator khawatir jalan menuju longsoran bisa amblas ke jurang, tambahnya.

Kecamatan V Koto Timur meruapakan salah satu daerah terkena tanah longsor yang dipicu gempa 7,9 SR pada 30 September 2009. Dua Nagari yakni Padang Alai dan Kudu Gantiang dilanda tanah longsor sehingga 63 orang warga ikut tertimbun.

Data Pemkab Padang Pariaman, sebanyak 37 orang warga di dua nagari itu hingga kini tidak ditemukan dan diperkirakan jasadnya tertimbun bersama rumah-rumah mereka.

Longsor di Nagari Padang Alai menyebabkan sebanyak 54 orang warga tertimbun dan yang ditemukan 19 orang dalam kondisi meninggal dunia, sedangkan 35 orang lainnya hingga kini masih tertimbun dan belum ditemukan.

Sedangkan di Nagari Kudu Ganting, tanah longsor melanja Korong (kampung, red) Talao menyebabkan sembilan orang warga tertimbun, tujuh orang ditemukan dalam kondisi meninggal dunia dan dua orang tidak ditemukan serta dan diperkirakan masih tertimbun tanah.(*)

Pewarta: handr
Editor: Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2009