Jakarta, (ANTARA News) - Wakil Ketua DPR Pramono Anung mengatakan, pernyataan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono terhadap persoalan dua pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Bibit Samad Riyanto dan Chandra M Hamzah tidak jelas dan menimbulkan multi tafsir.

"Pidato yang disampaikan Presiden dengan bahasa yang tidak jelas dan multi tafsir membuat persoalan yang sudah sangat jelas dan gamblang menjadi kabur dan tidak menentu," katanya menjawab pertanyaan pers di Gedung DPR, Jakarta, Selasa.

Dikatakannya, seharusnya Presiden menggunakan bahasa yang sederhana, lugas, terang-benderang, dan mudah dipahami masyarakat, bukan menggunakan bahasa yang menimbulkan keragu-raguan dan ambivalen, sehingga menimbulkan persepsi yang berbeda-beda di mata publik.

Persolan yang menjadi rekomendasi tim 8 dan apa yang berkembang menjadi keinginan publik, menurut dia, sebenarnya sudah sangat jelas.

Ibarat permaian sepakbola, kata dia, persoalan Bibit-Chandra ini bukan tendangan penalti lagi tapi sudah berda di garis gawang, hanya ditiup saja bola sudah masuk.

"Terus terang, saya secara pribadi sudah lama menunggu sikap tegas Presiden," kata Sekjen DPP PDI Perjuangan ini.

Namun apa yang disampaikan Presiden pada pidato dio Istana Negara, Senin (23/11) malam, kata dia, jauh dari harapan masyarakat.

Dengan pernyataan yang multi tafsir tersebut, kata Pramono, membuat perhatian masyarakat tersedot kembali untuk menunggu bagaimana proses penyelesaian persoalan Bibit-Chandra yang akan dlakukan Presiden.

"Ini betul-betul membuang energi masyarakat," katanya.(*)

 

Pewarta: wibow
Editor: AA Ariwibowo
COPYRIGHT © ANTARA 2009