Bandung (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengajak masyarakat merealisasikan penanam, terutama pohon trembesi, sampai 4 miliar pohon pada 2020 dan 9,2 miliar pohon pada 2050 untuk memperbaiki lingkungan dan mencegah bahaya perubahan iklim.

Jika target tersebut tercapai, kata Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada rangkaian Peringatan Hari Menanam Pohon Indonesia dan Bulan Menanam Nasional 2009, di desa Cimerang, Padalarang Bandung Barat, Jawa Barat, Selasa, Indonesia akan memberi sumbangan besar pada upaya mengatasi upaya mengatasi perubahan iklim di dunia.

"Kalau separuhnya saja yang hidup, pohon-pohon yang kita tanam akan mampu menyerap 46 miliar karbon pada 2050. Memang ini angka pesimis, tapi kalau bangsa kita tanam lebih banyak, akan lebih banyak Co2 yang bisa terserap, ini jadi kontribusi anak bangsa Indonesia pada dunia," kata presiden.

Presiden juga mengajak elemen masyarakat Indonesia membantu menyelamatkan lingkungan karena selama ini dampak dari perubahan iklim makin terasa dengan makin banyaknya bencana yang terjadi di seluruh dunia.

Dia mengatakan hutan menjadi sangat penting untuk di pelihara. "Salah satu sumber kerusakan adalah salah kelola hutan. Sumber Daya Hutan yang dimiliki Indonesia yang besar sudah mengalami kerusakan secara sistematis sejak zaman Belanda dan ketika merdeka kita pun tak pandai mengelola hutan dan mendayagunakan hutan. Pengelolaan HPH semparangan, ilegal logging parah, berbagai ulah menyebabkan hutan rusak. Wajib hukumnya kita menghutankan kembali, selain menyelamatkan dan melindungi hutan kita," kata Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Dalam cara itu, sejumlah menteri Kabinet Indonesia Bersatu II, Pemda Jawa Barat, Dirut Perum Perhutani Upik Rosalina Wasrin dan praktisi kehutanan lainnya melakukan penanaman di areal seluas 9 hektare.

Pada kesempatan itu, presiden berkesempatan meninjau stand pameran Perum Perhutani di sekitar wilayah penanaman dan stand milik departemen kehutanan yang menggelar berbagai program penanaman, produk kayu, pengelolaan hutan bersama masyarakat.

Pada kesempatan yang sama, Menteri Kehutanan, Zulkifli Hasan, mengatakan realisasi program One Man One Tree (OMOT) yang terkait dengan gerakan menanam nasional saat ini mencapai 158 juta pohon dari target penanaman sekitar 230 juta batang pohon dalam program tersebut.

Realisasi penanaman pada gerakan serupa tahun 2007 mencapai 86.989.425 batang dari rencana 79 juta pohon. Pada tahun 2008, dari target penanaman sebanyak 100 juta batang berhasil direalisasikan penanaman 108.947.048 pohon.

Di samping OMOT, Gerakan Perempuan Tanam dan Pelihara Pohon pada 2007 mampu menanam 14.142.505 batang dari rencana 10 juta pohon dan tahun berikutnya ditanam 5.157.538 dari rencana 5 juta pohon.

Khusus Jawa Barat, Gubernur provinsi Jabar Ahmad Heriawan menyatakan hingga awal Desember 2009 sudah tertanam 20 juta pohon dari target 42 juta pohon yang di rangkum dalam program OMOT.

Ahmad Heriawan juga menambahkan dipilihnya wilayah Cimerang, Bandung Barat dikarenakan wilayah ini merupakan wilayah tangkapan air kawasan waduk Saguling yang merupakan wilayah Daerah Aliran Sungai (DAS) Cirata dan Citarum.

Menurutnya, kawasan ini sangat penting untuk di pelihara vegetasinya. "Areal 9 hektare ini juga menjadi lokasi hutan kota atau arboretum di Jawa Barat," jelas Ahmad.

Ia mengatakan ketidakseimbangann ekosistem yang sudah terasa imbasnya dengan terganggunya lingkungan yang di tandai penurunan air tanah, peningkatan suhu, penurunan nilai keanekragaman hayati harus diselamatkan salah satunya dengan penanaman pohon.

Ahmad menambahkan Jawa Barat tengah menerapkan pola tata ruang 45 persen untuk kawasan lindung dan 55 persen untuk budidaya. "Jawa Barat, juga menerapkan Perda lingkungan kawasan lindung, sepadan sungai, kawasan biologi, dan konservasi, green provinsi," kata dia.

Jawa Barat juga sudah mendukung program penanaman dengan Gerakan Rehabilitasi Lahan Kritis (GRLK).

Dalam kegiatan bulan menanam ini ditanam beberapa jenis tanaman yang disiapkan, antara lain jabon merah, jabon putih, mahoni, manglid, damar, saninten, bayur, ganitri, anting-anting, suren, akasia mangium, koya, waru, ekaliptus, ki sireum, gmelina, puspa, kenari, pinus, mindi, aprika, pala, duwet, matoa, ki hoe, kayu manis, bungur, filisum, jamuju, tanjung, kenanga, kemiri, albazia, sawo, rambutan, alpukat, mangga, lengkeng, sukun, dan pete.

Menteri Kehutanan, Zulkifli Hasan, menegaskan Dephut menargetkan penanaman (rehabilitasi) 500 ribu hektar setiap tahun mulai tahun depan. Menurutnya, rehabilitasi juga akan dilakukan pada 13 Daerah Aliran Sungai (DAS) seluruh Indonesia.

Sementara iu, Dirjen Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial (RLPS), Indriastuti, mengatakan idealnya dibutuhkan dana Rp3 triliun untuk merehabilitasi 500 ribu hektar. Untuk rehabilitaasi lahan 500 hektar ini, lanjut dia, Dephut hanya memiliki Rp644 miliar yang merupakan dana rehabilitasi (Gerhan) tahun 2009. "Dana itu kan multiyears, Rp250 miliar dana pemeliharaan tahun lalu dan Rp394 miliar dana pemeliharaan tahun 2009/2010, itu cuma cukup untuk 100 ribu hektar, kita upayakan itu".

Ia menambahkan Dephut akan mengajak swasta berkontribusi untuk mereboisasi dan merehabilitasi lahan misalnya dengan pola adopsi pohon. "Adopsi pohon ini caranya dengan mengajak swasta menanam dan memelihara pohon di areal kritis yang menjadi target rehabilitasi Dephut dengan biaya sendiri. Dephut tak memungut biaya apapun," katanya.(*)

Pewarta: rusla
Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2009