Montevideo (ANTARA News/AFP) - Para pemimpin lima negara penting Amerika Selatan berjanji pada pertemuan puncak di Montevideo, Selasa, untuk tidak mengakui hasil pemilihan presiden bulan lalu di Honduras, yang mereka kecam sebagai "tidak sah".

Para presiden empat anggota tetap blok perdagangan Mercosur -- Brazil, Argentina, Uruguay dan Paraguay -- dan juga pemimpin Venezuela, mengecam pilpres pertama pasca-kudeta di Honduras bulan lalu itu, karena pemilihan berlangsung tanpa mendudukkan kembali Presiden Manuel Zelaya, yang dijatuhkan.

Dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan setelah pertemuan puncak itu, para pemimpin tersebut menyatakan bahwa karena Zelaya "tidak ditempatkan kembali ke tugas tempat dia telah dipilih secara demokratis ... (kami) menolak sama sekali pemilihan 29 November itu".

Zelaya, yang dijatuhkan dalam kudeta Juni lalu, masih bertahan di kedutaan besar Brazil di bawah ancaman penangkapan, setelah kongres pekan lalu memilih menolak membawanya kembali ke jabatan presiden. Masa jabatannya berkuasa akan berakhir pada 27 Januari.

Pernyataan bersama itu, yang dibacakan oleh Presiden Uruguay Tabare Varquez dan ditandatangani oleh kelima kepala negara tersebut, menekankan kecaman terkeras mereka pada kudeta di Honduras dan menolak "pelanggaran serius, tak dapat diterima terhadap hak asasi manusia dan kebebasan rakyat Honduras".

Pernyataan itu menambahkan bahwa pemilihan presiden Honduras telah diadakan "dengan cara yang tidak konstitusional, melanggar hukum dan tidak sah", serta merupakan pukulan terhadap nilai-nilai demokrasi di wilayah itu.

AS dan Uni Eropa telah memuji pemilihan umum tersebut sebagai langkah pertama ke arah ke luar dari krisis lima bulan itu. Kosta Rika, Panama dan Peru juga telah mendukung pemilihan itu.

Militer Honduras menjatuhkan Zelaya, yang cenderung ke kiri, pada 28 Juni dengan dukungan pengadilan, kongres dan para pemimpin usaha, karena rencananya untuk mengubah konstitusi, yang dianggap sebagai upaya untuk memperpanjang masa jabatannya berkuasa.

Sementara itu, pemenang pemilihan presiden bulan lalu, presiden-terpilih Porfirio Lobo, mengatakan pada konferensi pers Senin bahwa ia mengharapkan negara-negara asing akan "membuka sedikit" pada Honduras yang telah menderita kutukan internasional yang meluas dan pembekuan bantuan setelah kudeta.(*)

Pewarta: kunto
Editor: Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2009