Pamekasan (ANTARA News) - Ribuan warga Pamekasan, Jawa Timur, Jumat, memprotes pembatalan konser Ridho Rhoma yang rencananya akan digelar Jumat malam di lapangan stadion kota setempat.

"Dari dulu tidak ada ulama yang mengharamkan orkesnya Rhoma Irama, mengapa baru sekarang ada pelarangan dengan alasan mengandung maksiat," kata Agus, warga Proppo Pamekasan, Jumat.

Pembatalan secara mendadak konser putra Raja Dangdut Rhoma Irama ini, membuat penggemarnya kecewa.

Ketua panitia pelaksana konser Ridho Rhoma, Imam Maskun, dalam keterangan persnya, Jumat, mengaku, kecewa dengan pembatalan konser Ridho Rhoma tersebut, apalagi dilakukan secara mendadak.

"Kami justru mengetahui pembatalan ini tadi sekitar pukul 08:00 WIB, itupun dari Polda Jatim, bukan dari Pemkab Pamekasan," kata Imam Maskun mengungkapkan.

Setelah panitia mencari konfirmasi ke Pemkab Pamekasan, sambung Imam Maskun, ternyata pembatalan itu memang benar-benar ada. "Namun suratnya, tidak segera disampaikan ke pihak panitia dengan alasan lupa," kata Imam.

Ia menjelaskan, alasan lain yang disampaikan Pemkab Pamekasan terkait pembatalan mendadak koser Ridho Rhoma itu atas fatwa dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pamekasan, yang menganggap bahwa konser Ridho Rhoma itu bisa mendatangkan maksiat di Pamekasan.

"Yang saya pertanyakan segi maksiatnya dimana. Padahal, sejak ayahnya, Rhoma Irama dengan Ridho yang sekarang ini misinya adalah dakwah. Sehingga konser yang kami gelar di Pamekasan ini juga bertema `nada dan dakwah`," ucapnya.

Akibat pembatalan secara mendadak tersebut, pihak panitia mengalami kerugian mencapai Rp500 juta untuk biaya artis, akomudasi dan transporatasi.

Ia menyatakan, akan menuntut ganti rugi kepada Bupati Pamekasan atas kebijakannya membatalkan secara mendadak koser Ridho Rhoma tersebut.

Pemkab Pamekasan membenarkan bahwa pembatalan koser Ridho Rhoma berdasarkan pertimbangan dari MUI Pamekasan. Namun, menurut Bupati Pamekasan Kholilurrahman, itu bukan alasan satu-satunya.

"Ada alasan lain mengapa kami membatalkan konser tersebut," kata Kholilurahman.
Ia menjelaskan, alasan lain adalah acara yang digelar di lapangan stadion itu lebih mendekati kegiatan bisnis murni, bukan nada dan dakwah.

Bupati Kholilurrahman terus menuai protes dari warga Madura, melalui pesan singkat yang disampaikan di sejumlah stadion radio di Madura yang sebelumnya mempromosikan rencana konser Ridho Rhoma di kota yang mencanangkan Gerakan Pembangunan Masyarakat Islami (Gerbang Salam) tersebut.

"Ada sekitar 1.000 pesan singkat lebih yang masuk ke kami, memprotes pembatalan konser Ridho Rhoma ini," kata Fauzi Ahmad, salah seorang karyawan radio Karima FM di Pamekasan.

Salah satu pesan yang disampaikan, karena konser yang menampilkan erotisme, selama ini di wilayah kecamatan justru diperbolehkan. Sedang konser Ridho Rhoma yang selama ini memang dikenal Islami justru dilarang.

"Kenapa Ridho Rhoma yang justru dilarang. Kenapa konser dangdut lokalan yang mempertontonkan goyangan erotis yang ada di desa-desa justru dibiarkan. Terlalu!," kata Fauzi menirukan pesan singkat yang disampaikan pendengar itu. (*)

Pewarta: handr
Editor: Aditia Maruli Radja
COPYRIGHT © ANTARA 2009