Kopenhagen (ANTARA News/AFP) - Negara-negara berkembang pada Konferensi Iklim Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB), Sabtu WIB, menolak janji Uni Eropa sebesar 7,2 miliar euro (10,6 miliar dolar) sebagai `tak berarti` untuk membantu mereka mengatasi pemanasan global.

Pada saat Kopenhagen dilanda protes yang diperkirakan diikuti puluhan ribu demonstran, Sabtu, para pemimpin Uni Eropa sepakat untuk memberikan dana - yang akan dibayarkan selama tiga tahun - pada konferensi tingkat tinggi (KTT) di Brussels itu.

Kesepakatan itu terjadi sepekan sebelum 110 kepala negara dan pemerintahan bersidang di Kopenhagen, untuk menyelesaikan konferensi 12 hari yang bertujuan menggodog satu kesepakatan baru mengenai pengurangan gas rumah kaca.

"Fakta bahwa Eropa akan merundingkan jumlah partisipasinya, saya pikir, ini akan memberikan dorongan kepada proses itu. Kita akan melihat apakah negara-negara kaya lainnya juga menyampaikan bagiannya di meja perundingan," kata ketua iklim PBB Yvo de Boer.

27 negara anggota Uni Eropa akan membantu upaya mengatasi perubahan iklim di negara berkembang, termasuk Inggris yang berikrar memberikan 1,2 miliar poundsterling (1,3 miliar euro, atau dua miliar dolar).

Namun di Kopenhagen, Kelompok 77 negara berkembang - sebenarnya kaukus 130 negara termasuk China - mengatakan, bahwa usulan tersebut gagal mengatasi masalah pembentukan mekanisme pendanaan jangka panjang.

"Saya yakin bahwa jumlah itu tak hanya tidak berarti, tapi sebenarnya mereka bahkan tidak percaya lagi terhadap niat para pemimpin Eropa mengenai perubahan iklim," kata Lumumba Stanislaus Dia-Ping dari Sudan.

"Pandangan kami adalah bahwa para pemimpin Eropa bertindak seperti itu karena mereka skeptis terhadap perubahan iklim. Pada dasarnya, mereka mengatakan bahwa masalah ini tidak ada dan untuk itu mereka tak memberikan pendanaan apapun," tuturnya.


Sementara itu kepolisian Denmark menangkapi puluhan demonstran anti kapitalis dan meningkatkan keamanan di perbatasan darat dan laut untuk mencegah para perusuh memasuki negara itu.

Helikopter mondar-mandir di angkasa sementara itu mobil-mobil polisi bersenjata dan pasukan dibantu anjing mempatroli jalan-jalan, di tengah kekhawatiran demonstrasi Sabtu di seluruh pelosok ibu kota Denmark, yang akan diikuti oleh kelompok-kelompok keras kiri-jauh.

"Tampak seperti zona militer, polisi, berada di mana saja," kata Gerardo Gambirazio, seorang periset geografi Amerika.

Usulan Uni Eropa muncul pada saat rancangan resmi pertama perjanjian Kopenhagen berpotensi untuk dicapai, dan hanya AS yang menolak satu bagian penting sebagai `tidak seimbang.`

Selain menetapkan target membatasi pemanasan global, cetak-biru tujuh halaman itu menyeru komitmen periode kedua berdasarkan Protokol Tokyo, yang habis masa berlakunya 2012 tanpa diratifikasi oleh AS.(*)

Pewarta: jafar
Editor: Jafar M Sidik
COPYRIGHT © ANTARA 2009