Medan (ANTARA News) - Rektor Universitas Sumatera Utara (USU) Prof Chairuddin P Lubis, mengatakan, kebenaran lebih penting artinya bagi kalangan akademisi daripada peningkatan ilmu pengetahuan.

"Meningkatkan ilmu pengetahuan bagi kalangan akademisi adalah sangat penting, tetapi menyemaikan nilai-nilai kebenaran dalam kehidupan sehari-hari jauh lebih penting lagi," katanya pada saat pengukuhan dua Gurubesar USU di Medan, Sabtu,

Kedua Gurubesar yang dikukuhkan tersebut yakni Prof Dr Ir Sayed Umar MS dari Fakultas pertanian dan Prof Dr Suwarto SH MH dari Fakultas Hukum

Lebih lanjut Chairuddin mengatakan, tujuan utama dari pendidikan sebenarnya adalah untuk meningkatkan ilmu pengetahuan dan juga menyemaikan rasa kebenaran terhadap diri sendiri maupun kepada orang lain.

Ilmu yang tinggi tidak akan bermanfaat bagi kehidupan jika tidak dibarengi dengan nilai-nilai kebenaran.

Untuk memahami kebenaran itu, harus pula benar-benar mengerti apa yang dimaksud dengan benar dan apa pula yang disebut dengan salah.

"Kaum filsuf berkata, bila kita tidak mengetahui mana yang benar dan mana yang salah, maka mana mungkin kita berbicara tentang moral. Bila kita tidak mengetahui mana yang indah dan mana yang jelek, mana mungkin kita berbicara tentang seni, " katanya.

Ia mengatakan, kebenaran itu sendiri sebenarnya sudah lama berada pada masing-masing individu, dan tidak perlu mencari-cari dimana kebenaran itu. Sejak awal manusia telah diajarkan orang tua, masyarakat, terutama tuntutan agama, mana yang disebut benar dan masa yang disebut salah.

Masalahnya apakah kebenaran sudah kita pelihara, dipupuk dan tumbuh kembangkan. Kalau itu sudah dilakukan, maka kebenaran itu telah tumbuh dan berkembang didalam diri masing-masing.

"Untuk itu mari secara bersama-sama memupuk, memelihara dan menumbuh kembangkan kebenaran itu didalam diri kita. Bila ini sudah terjaga maka banyak masalah bangsa ini dapat terselesaikan. Saya mengajak, kita memulainya dari individu-individu yang ada di USU ini," katanya.(*)

Pewarta: mansy
Editor: Jafar M Sidik
COPYRIGHT © ANTARA 2009