Kopenhagen (ANTARA News) - Puluhan ribu orang, polisi setempat mengklaim 100 ribu orang, termasuk aktivis lingkungan hidup melakukan aksi "Global Day of Climate Action" untuk mendesak para pemimpin KTT ke-15 Perubahan Iklim  membuat keputusan segera untuk menangani perubahan iklim.

Puluhan ribu orang dari berbagai negara di dunia ini mulai beraksi pukul siang hari dari Gedung Parlemen Kopenhagen, Sabtu, menuju ke tempat konferensi di Bella Center dengan berjalan kaki sejauh enam kilometer.

Aksi "Global Day of Climate Action" bersamaan digelar di 130 negara, termasuk penyalaan 2.600 lilin seperti di Kabul Afganistan, sebuah pantai di Madagascar, pada Dinding Ratapan Jerusalem, dan Sungai Hudson di Amerika.

Di Kopenhagen sendiri, polisi setempat menaksir ada 100.000 pengunjuk rasa mengikuti aksi ini.

Ratusan polisi, mobil polisi, anjing kepolisian dan helikopter dikerahkan untuk mengamankan aksi unjuk rasa yang berlangsung damai, meskipun polisi telah menangkap para pengunjuk rasa.

Sampai berita ini diturunkan, sudah 720 orang ditangkap oleh polisi. Sebagian besar pengunjuk rasa, saat ini telah berada di jalan masuk menuju Bella Center.

Puluhan polisi berpakaian lengkap anti huru hara menahan pengunjuk rasa di pintu gerbang, sekitar satu kilometer dari kompleks gedung Bella Center.

Para pengunjuk rasa menggunakan baju beruang kutub, baju penguin, jas hujan berwarna biru dan ada pula yang menggunakan stelan baju, celana, topi dan sepatu berwarna merah menyala.

Mereka membawa poster-poster bertuliskan berbagai macam kalimat tentang perubahan iklim, diantaranya "There is no planet B", "Change the politics, not the climate,", "Save the Humans!.", "Change The Politic, Not the Climate", "Bla...bla..bla... Act Now", "Planet not Profit", "Change the Food, not the Climate".

Sejumlah pesohor hadir dalam aksi itu, diantaranya model Denmark Helena Christensen, artis Bollywood India Rahul Boose, Pemenang Grammy Award Angelique Kidjo.

Presiden Kehormatan Oxfam Internasional yang juga mantan Presiden Irlandia Mary Robinson yang ikut dalam aksi tersebut mengatakan aksi global ini mengingatkan pemerintah-pemerintah di dunia bahwa perubahan iklim telah berakibat pada umat manusia.

"Ini merupakan isu kemanusiaan, perubahan iklim melemahkan kehidupan manusia dan akses mereka terhadap kesehatan dan pendidikan," kata Mary.

Menurutnya Kopenhagen harus bisa memutuskan penurunan emisi dan paling tidak menyediakan 200 miliar dolar AS per tahun untuk membantu negara-negara miskin mengatasi perubahan iklim.

Sedangkan Helena Christensen mengatakan ketika pulang ke kampung halamannya di Peru, dia menyaksikan yang menyesakkan dada bahwa negara itu berjuang dari dampak perubahan iklim yang telah terjadi.

"Karena alasan itu saya memutuskan untuk bergabung dengan aksi besar ini untuk mengantarkan dunia dan pemimpin dunia agar menyepakati keputusan yang jujur, ambisius dan mengikat," katanya.

Sedangkan Rahul Bose mengatakan masyarakat miskin adalah kelompok pertama dan paling parah terkena dampak perubahan iklim.

"Saya datang dari India, di mana tujuh dari sepuluh orang tergantung pada cuaca untuk bertahan hidup. Mereka adalah petani dan nelayan. Negara-negara kaya bertanggung jawab moral dalam menyediakan uang bagi kaum paling miskin untuk beradaptasi dengan perubahan iklim," katanya. (*)

Pewarta: jafar
Editor: Jafar M Sidik
COPYRIGHT © ANTARA 2009