Kabul (ANTARA News/AFP) - Serangan bom menewaskan seorang tentara Estonia di Afganistan, membuat jumlah tentara NATO tewas di medan perang selatan negara itu dalam 24 jam menjadi empat orang, kata tentara pada Rabu.

Peledak rakitan (IED) menewaskan tentara Estonia itu dalam ronda jalan kaki pada Selasa, kata Kapten Roy Hermkens, jurubicara Pasukan Bantuan Keamanan Asing (ISAF) pimpinan persekutuan pertahanan Atlantik utara NATO.

IED lain membunuh seorang tentara Amerika Serikat, sementara dua tentara Inggris, bersama dengan dua tentara Afganistan, tewas akibat serangan jibaku bersepeda motor di selatan pada Selasa, kata Hermkens kepada kantor berita Prancis AFP.

London sebelumnya mengumumkan kematian tentara Inggris sesudah kemungkinan serangan bom jibaku di dekat Sangin di propinsi Helmand, Afganistan selatan.

ISAF sebelumnya juga mengumumkan kematian tentara Amerika Serikat.

Bom rakitan itu, biasa ditanam di jalan, adalah pembunuh terbesar tentara asing di Afganistan dan senjata pilihan Taliban.

Tahun ini merupakan yang paling mematikan bagi tentara asing di Afganistan sejak serbuan pada 2001 pimpinan Amerika Serikat untuk menggulingkan pemerintah Taliban.

Sedikit-dikitnya, 495 tentara asing tewas pada tahun ini, termasuk 305 dari Amerika Serikat, hampir dua kali dari 155 tentara negara adidaya itu tewas pada tahun lalu, kata laman mandiri icasualties.org.

Presiden Amerika Serikat Barack Obama memerintahkan 30.000 tentara tambahan ke Afganistan sebagai bagian siasat baru guna membalik keadaan Taliban dan memusatkan perhatian pada pelatihan tentara dan polisi Afganistan untuk mengambil tanggungjawab keamanan.

Dari 113.000 tentara NATO dan Amerika Serikat, yang sudah di Afganistan, Estonia menempatkan sekitar 150 tentara di negara terkoyak perang tersebut.

Parlemen Estonia pada pekan lalu sepakat memperpanjang pengerahan tentara negara itu di Afganistan hingga akhir 2010.

Estonia pertama mengerahkan tentara untuk bergabung dengan ISAF pada 2003, setahun setelah penggulingan Taliban di Kabul dan satu tahun sebelum Estonia masuk NATO dan Eropa Bersatu.

Taliban, yang memerintah Afganistan sejak 1996, mengobarkan perlawanan sejak digulingkan dari kekuasaan di negara itu oleh serbuan pimpinan Amerika Serikat pada 2001, karena menolak menyerahkan pemimpin Alqaida Osama bin Ladin, yang dituduh bertanggung jawab atas serangan di wilayah negara adidaya itu, yang menewaskan sekitar 3.000 orang pada 11 September 2001.

Bom rakitan, yang dikenal dengan IED, mengakibatkan 70-80 persen korban di pihak pasukan asing, kata tentara.

NATO dan Amerika Serikat menempatkan lebih dari 100.000 tentara di Afganistan memerangi perlawanan pimpinan Taliban, yang pada tingkat paling mematikan dalam delapan tahun sejak serbuan 2001 pimpinan Amerika Serikat untuk menggulingkan pemerintah Taliban di Kabul.

Perang di Afganistan semakin mematikan pada beberapa bulan belakangan saat Taliban meningkatkan penggunaan IED, yang berdampak menghancurkan.

Pemimpin tentara menyatakan mencoba mengembangkan cara baru untuk berurusan dengan ancaman IED, tapi mendapati bahwa Taliban sudah mengubah siasat dengan cepat.

IED biasanya buatan sendiri, yang diledakkan oleh kendali jauh dan sering berserakan di jalan dan jalan raya, yang dipakai tentara asing, khususnya di kubu Taliban di provinsi Helmand dan Kandahar.
(*)

Pewarta: handr
Editor: Suryanto
COPYRIGHT © ANTARA 2009