Garut (ANTARA News) - Proses penangkapan mertua Noordin M Top, Baridin pada Kamis lalu oleh Densus 88 di Kampung Banyuasi RT.02/10 Desa Pamalayan, Kecamatan Cikelet, Kabupaten Garut, Jawa Barat, melegakan warga setempat.

Kalangan ulama dan tokoh masyarakat Garut Selatan seperti disampaikan H Usman (54), yang sebelumnya banyak warga tak menyangka di wilayahnya terdapat DPO Densus 88, katanya, Jumat.

Berdasarkan keterangan masyarakat, Baridin berdomisili di kampung Banyuasi desa Pamalayan sejak Agustus lalu, dia mendirikan gubuk sederhana dan berprofesi sebagai penyadap kelapa untuk dijadikan gula merah.

Informasi tersebut juga diakui pegawai kecamatan Cikelet, sementara itu banyak jajaran aparat pemerintahan Pemkab Garut yang hingga kini terperanjat atas peristiwa penangkapan itu.

Bahkan sumber resmi lainnya mengaku kecolongan, atas proses penangkapan mertua Noordin Top tersebut, sehingga menjadi buah buah bibir maupun pembicaraan hingga kini.

Warga di kota Garut lainnya pun, umumnya mengaku kaget atas peristiwa penangkapan ini, apalagi dikaitkan dengan gembong teroris, Noordin Top.

Meski mereka menyatakan lega dengan tertangkapnya mertua gembong teroris almarhum Noordin M. Top, sebagaimana diakui Plt. camat Cikelet Asep Sutisna.

Baridin menikahkan putrinya Arina dengan Noordin M Top di Cilacap, Jawa Tengah, pada tahun 2006, namun polisi gagal menangkap Baridin pada Juli 2009 saat polisi menggerebek rumahnya di Cilacap.

Polri menemukan bahan peledak yang ditanam di pekarangan rumah Baridin, Arina dan putrinya pernah ditangkap polisi namun dilepaskan karena tidak cukup bukti terlibat kasus pidana terorisme.

Saat Noordin tewas tertembak, Arina sempat melihat jenazah suaminya di RS Polri Jakarta, kemudian pada 17 September 2009, Polri menembak mati sejumlah tersangka terorisme yakni Noordin, Susilo, Bagus Budi Pranoto dan Ario Sudarso.

Polisi juga menangkap istri Susilo bernama Putri Munawaroh yang kemudian menjadi tersangka kasus terorisme. (*)

Pewarta: bwahy
Editor: Bambang
COPYRIGHT © ANTARA 2009