Banda Aceh (ANTARA News) - Babi dan monyet adalah musuh utama petani di Kabupaten Simeulue, Nangroe Aceh Darussalam dan menjadi hama yang sulit diberantas hingga produksi pertanian daerah itu turun.

Sekretaris Komisi-C DPRD Simeulue, Rahmad, di Sinabang Kamis menyatakan, para petani di daerah kepulauan itu sulit untuk menanam tanaman padi dan palawija, karena hama babi dan monyet sulit diberantas.

Dikatakan, para petani di daerah itu kewalahan menghadapi hama babi dan monyet, sehingga produksi tanaman padi dan palawija mereka tanaman selalu dirusak, sehingga produksinya tidak maksimal.

Menurutnya, populasi babi dan monyet cukup banyak di daerah tersebut, karena selain tidak ada predator yang memangsa bintang itu, juga masyarakat di sana tidak memakannya, karena mayoritas beragama Islam.

Dengan demikian populasi binatang tersebut terus bertambah dari hari ke hari, kata Rahmad yang juga Ketua DPD II Partai Pemuda Indonesia (PPI) Simeulue itu.

Dikatakan, salah satu cara untuk mengatasi gangguan binatang tersebut adalah dengan memasang jerat yang memadai, namun ini membutuhkan dana yang lumayan besar, sehingga petani tidak mampu.

Oleh karenanya, DPRD memberi masukan kepada eksekutif, khususnya instansi terkait untuk menganggarkan dana pembuatan jerat, sehingga para petani bisa memanfaatkan lahannya untuk menanam padi dan palawija.

Rahmad menyatakan, akibat tidak mampu mengatasi hama tersebut, kini banyak lahan pertanian yang tidak digarap.

Akibatnya, untuk memenuhi kebutuhan pokok tersebut harus didatangkan dari daerah lain, karena hasil produksi padi di daerah itu tidak mencukupi, katanya.

"Meski harganya tergolong mahal, mau tak mau kebutuhan pokok ini harus di penuhi karena produksi beras lokal sangatlah tidak memuaskan," katanya.

Berdasarkan data, luas lahan sawah di Simeuleu 10.927 hektare, sementara yang dimanfaatkan 1.718 Ha dengan produktifitas 2,3 ton/Ha.
(*)

Pewarta: surya
Editor: Suryanto
COPYRIGHT © ANTARA 2009