Purbalingga (ANTARA News) - Industri rambut palsu atau wig di Purbalingga, Jawa Tengah, tidak mempermasalahkan diberlakukannya "free trade agreement (FTA)" antara ASEAN dan China sejak 2 Januari 2010.

"Kami tidak mempermasalahkan pemberlakuan FTA karena industri rambut palsu Purbalingga lebih berkonsentrasi pada pasar ekspor ke Amerika dan Eropa," kata Ketua Asosiasi Pengusahan Indonesia (Apindo) Kabupaten Purbalingga, Saryono di Purbalingga, Jumat.

Menurut dia, pasar rambut palsu maupun bulu mata palsu produksi Purbalingga di dalam negeri sangat sedikit, bahkan cenderung tidak ada.

Saat disinggung kemungkinan adanya persaingan dengan produksi rambut palsu asal China, dia mengatakan, industri wig Purbalingga siap bersaing dengan produk China.

"Kami berani bersaing, karena kualitas produk wig Purbalingga tak kalah dengan China," kata pemilik perusahaan wig PT Tiga Putra Abadi Perkasa Purbalingga ini.

Sementara mengenai permintaan ekspor rambut palsu, dia mengatakan, hal itu terus mengalami perbaikan pascaterjadinya krisis finansial global.

Menurut dia, ekspor rambut palsu saat ini meningkat sekitar 10 persen. Akan tetapi dia tidak menyebutkan total ekspor yang telah dilakukan.

Di Purbalingga saat ini terdapat 19 industri penanaman modal asing (PMA) yang sebagian besar berasal dari Korea, dan 18 di antaranya merupakan industri wig dan bulu mata palsu yang sebagian besar melakukan ekspor ke Amerika Serikat dan Eropa.

Data yang dihimpun dari Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi (Dinperindagkop) Purbalingga, total nilai ekspor industri rambut palsu ke Amerika rata-rata mencapai Rp3.841.600.432 per bulan.

Konon, industri rambut palsu Purbalingga merupakan terbesar kedua di dunia setelah Guangzhou, China.(*)

Pewarta: kunto
Editor: Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2010