Singapura (ANTARA News/AFP) - Harga minyak mentah turun di perdagangan Asia, Jumat, karena dolar yang lebih kuat dan tanda-tanda berkurangnya permintaan energi di Amerika Serikat, negara konsumen minyak terbesar di dunia.

Kontrak berjangka utama New York, minyak mentah light sweet pengiriman Februari, turun 29 sen menjadi 82,37 dolar per barel pada sore hari. Kontrak menembus 83 dolar pada Rabu untuk pertama kalinya dalam 14 bulan.

Minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Februari menurun 46 sen ke 81,05 dolar.

"Melemahnya dolar AS adalah sesuatu yang membantu kenaikan kuat minyak di pertengahan Desember. Karena menguatnya dolar AS memiliki dampak berlawanan pada harga minyak," kata Ben Westmore, seorang ekonom mineral dan energi untuk National Australia Bank di Melbourne.

Dolar menguat setelah menteri keuangan baru Jepang Naoto Kan, menakutkan pasar keuangan dengan seruan untuk yen yang lebih lemah, meningkatkan spekulasi tentang intervensi pemerintah di pasar.

"Perdagangan minyak cukup tipis, jadi kita tidak membaca terlalu banyak ke dalam pergerakan harga, tetapi dari segi gerakan sehari-hari itu banyak ada hubungannya dengan dolar AS," tambah Westmore.

Dolar yang lebih kuat sering cenderung meredam permintaan untuk minyak mentah dan komoditas lainnya yang dihargakan dalam dolar karena menjadi lebih mahal bagi pemegang mata uang lemah.

Data persediaan energi AS menunjukkan berkurangnya permintaan di ekonomi terbesar dunia juga membantu menekan harga, kata para analis.

"Bagian dari koreksi turun ... dalam harga minyak telah dilakukan dengan tingkat tinggi dari stok saat ini dan fakta bahwa prospek pertumbuhan global masih cukup yakin," kata Westmore.

Sebuah laporan mingguan oleh Departemen Energi AS (DoE) yang dirilis Rabu menunjukkan bahwa cadangan minyak mentah naik 1,3 juta barel dalam pekan yang berakhir 1 Januari, mengalahkan ekspektasi turun sekitar 300.000 barel.

Timbunan distilasis - termasuk bahan bakar pemanas dan diesel - turun 300.000 barel dalam minggu itu, jauh di bawah rata-rata perkiraan analis turun 1,8 juta barel di tengah-tengah cuaca dingin di seluruh bagian dari Amerika Serikat.
(*)

Pewarta: surya
Editor: Suryanto
COPYRIGHT © ANTARA 2010