Kendari (ANTARA News) - Minat warga Sulawesi Tenggara (Sultra) untuk bekerja ke luar negeri sebagai Tenaga Kerja Indonesia (TKI) bertambah tinggi sebagai dampak dari berkurangnya lapangan kerja di dalam negeri.

"Wajar bila masyarakat berlomba mencari pekerjaan ke luar negeri karena upah kerja yang diberikan jauh lebih besar dibanding upah kerja di dalam negeri," kata Ketua Komisi IV DPRD Sultra, Yaudu Salam Ajo di Kendari, Sabtu.

Menurut Yaudu, kehidupan perekonomian yang sulit, masyarakat beralih meminati bekerja ke luar negeri dibandingkan bekerja di dalam negeri.

Warga bahkan nekat menjadi tenaga kerja ilegal, terutama di Malaysia dan Singapura karena berdekatan dengan Indonesia.

Khusus di wilayah Sultra, warga yang menjadi TKI di Malaysia sebagian besar berasal dari Kabupaten Muna dan Buton, karena du wilayah kepulauan itu sejak dulu dikenal sebagai warga perantau dan pelaut ulung.

Kadis Tenaga Kerja dan Transmigrasi Sultra Zainal Abidin Baedawi menyebut rendahnya penyerapan tenaga kerja dalam negeri adalah faktor terpenting yang membuat warga pergi ke luar negeri.

"Umumnya, tenaga kerja di Sultra, hanya mengandalkan sebagai tenaga pembantu rumah tangga dan buruh bangunan, karena rendahnya keterampilan yang dimiliki," katanya.

Mereka ini, kata dia, sering nekat pergi tanpa paspor, bahkan mereka siap menghadapi risiko seperti dideportasi dan penangkapan.

Pemerintah daerah telah berupaya maksimal mencegah warga Sultra untuk tidak bekerja di luar negeri secara ilegal karena akan merugikan mereka sendiri.

"Namun mereka selalu berdalih bahwa kepergian mereka ke luar negeri hanya untuk mengunjungi keluarga yang sudah bekerja di negara itu," kata Zainal.(*)

Pewarta: handr
Editor: Jafar M Sidik
COPYRIGHT © ANTARA 2010