Aman, Yordania (ANTARA News) - Cuaca dingin yang saat ini terjadi di Palestina kian memperburuk kondisi warganya yang menjadi pengungsi di perbatasan dengan Yordania, terlebih roda ekonomi lumpuh akibat tiadanya uang tunai yang dimiliki warga akibat agresi Israel yang menyerang Jalur Gaza sejak 27 Desember 2008 dan masih berlangsung hingga kini.

"Dari 2.000 warga Palestina yang ada di perbatasan dengan Yordania, dua pertiganya berstatus pengungsi, yang kini memerlukan bantuan medis dan pasokan makanan, terlebih cuaca kian dingin sehingga membuat mereka kian menderita," kata Kuasa Usaha Ad Interim (KUAI) KBRI Aman, Yordania, Ari Wardhana kepada ANTARA News, Sabtu.

Ia mengemukakan hal itu usai pertemuan koordinasi dengan Utusan Khusus Sekretaris Jenderal (Sekjen) PBB untuk Urusan Pengungsi Palestina (UNRWA) Duta Besar Peter Ford pada Sabtu dinihari waktu setempat (05.00 WIB) itu.

Delegasi Indonesia yang bertemu Peter Ford adalah Kepala Pusat Pengendalian Krisis Departemen Kesehatan (PPK Depkes), dr Rustam S Pakaya, MPH, dan Direktur Urusan Timur Tengah Departemen Luar Negeri, Aidil Chandra Salim, M.Comm, KUAI KBRI Aman Ari Wardhana, dr Lukcy Tjahjono, M.Kes (PPK Depkes), dr Joserizal Jurnalis, SP.BO (Mer-C), serta dr Basuki Supartono dari Bulan Sabit Merah Indonesia (BSMI).

Mereka membahas situasi dan kondisi terakhir, khususnya terkait pengiriman secara teknis bantuan dua ton obat-obatan dari pemerintah Indonesia untuk bangsa Palestina yang jumlah totalnya 585 dolar AS, termasuk biaya pengangkutan dengan pesawat kargo, yang selama serangan Israel atas Palestina harganya meningkat, serta uang tunai Rp2 miliar.

Ari Wardhana menjelaskan bahwa kondisi cuaca di Palestina maupun Yordania, pada malam hari bisa mencapai 0 derajat Celcius bahkan pada dinihari hingga waktu Subuh malah bisa mencapai minus tiga derajat Celcius.

"Jadi, suasana yang sudah memprihatinkan akibat serangan Israel itu, kini kian diperburuk dengan kondisi cuaca yang amat dingin," katanya.

Tim Aju dari Indonesia yang baru tiba di Aman, Yordania pada Jumat sore pukul 15.30 waktu setempat atau 20.30 WIB, setelah menempuh perjalanan selama 20 jam dari Jakarta --dengan transit di Singapura dan Doha, Qatar-- langsung merasakan dinginnya suhu udara tersebut.

"Cuaca dingin seperti ini akan kian terus berlangsung hingga Pebruari nanti dimana salju akan mencapai ketinggian lutut orang dewasa," kata Bachtiar Saleh, diplomat yang sudah dua tahun bertugas di KBRI Aman.

Anggota Tim Aju delegasi Indonesia dalam misi kemanusiaan itu adalah Rustam S Pakaya, Lukcy Tjahjono, Aidil Chandra Salim, dr Joserizal Jurnalis, SP.BO (Mer-C), dr Mohammad Mursalim (Mer-C), dr Arif Rahman (Muhammadiyah), dr Agus Kooshartoro dari Bulan Sabit Merah Indonesia (BSMI), serta dr Basuki Supartono (BSMI). (*)

Editor: Bambang
COPYRIGHT © ANTARA 2009