Jambi (ANTARA News) - Gelombang besar di kawasan pantai timur Provinsi Jambi dengan ketinggian di atas dua meter menghentikan kegitan nelayan tradisional di daerah itu dalam menangkap ikan guna memenuhi kebutuhan keluarganya.

Sudah hampir sebulan ribuan nelayan tradisional di kawasan pantai timur, tidak bisa melaut akibat gelombang besar dengan ketinggian mencapai dua meter lebih, ungkap Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Tanjung Jabung Barat Zabur Rustam di Jambi, Minggu.

Memasuki Desember 2009 hingga Januari 2010, ribuan nelayan tradisional yang memiliki alat tangkap atau kapal di bawah 5 GT memilih menambatkan kapalnya, dan hanya mereka yang memiliki kapal di atas 15 GT yang berani melaut.

Kegitan nelayan tradisional selama tidak melaut sebagian besar menghabiskan waktunya memperbaiki jaring dan kapal, namun ada juga yang menjadi tukang ojek untuk memenuhi kebutuhannya, sementara jika ada yang nekat melaut hanya di pinggir pantai.

Di kawasan pantai timur tercatat 3.000 lebih kapal penangkap ikan dan lebih dari 90 persen adalah milik nelayan tradisional di bawah 5 GT yang terbuat dari kayu.

Akibat tidak bisa melaut nelayan tradisional di kawasan pantai timur itu, pasokan ikan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Provinsi Jambi juga jauh berkurang, kata Zabur Rustam tanpa merinci kekurangan pasokan ikan laut selama sebulan terakhir.

Dalam keterangan terpisah Kepala Stasiun BMKG Jambi Remus L Tobing mengatakan analisa dinamika atmosfir menyimpulkan, terdapat pusat tekanan rendah di perairan Australia bagian barat dengan hembusan angin dari Benua Asia.

Kondisi itu dapat menimbulkan gelombang dengan ketinggian antara satu hingga dua meter lebih yang berisiko terjadinya kecelakaan, terutama untuk kapal berukuran kecil.

"Untuk itu bagi pengelola dan pengusaha pelayaran, diminta tidak memaksakan diri berlayar, bila kondisi cuaca buruk, apalagi bagi kapal kecil, seperti dimiliki sebagian besar nelayan pantai timur." kata Remus L Tobing.(*)

Pewarta: handr
Editor: Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2010