Timika (ANTARA News) - Kapolres Mimika, Papua, AKBP Mohammad Sagi menegaskan anggotanya tetap disiagakan di Kwamki Lama, Kelurahan Harapan untuk mencegah berlanjutnya aksi saling serang dua kelompok warga di wilayah itu.

"Kami akan posisikan anggota dan peralatan seperti saat ini dan tidak akan mengizinkan warga untuk terlibat perang lagi," kata Muhammad Sagi saat bertemu warga Kwamki Lama, Senin.

Ia menyambut baik keinginan dari warga Kwamki Lama yang menghendaki aparat keamanan menegakkan hukum positif di wilayah yang rawan dengan pertikaian antar suku itu.

"Saya senang masyarakat menghendaki hukum positif ditegakkan di wilayah ini. Tolong dukung saya, saya akan menumbuhkan hal itu di Timika," kata Sagi yang baru tiga bulan menjabat Kapolres Mimika menggantikan AKBP Godhelp C Mansnembra itu.

Sagi mengharapkan warga Kwamki Lama mengubah paradigma pemikiran yang selalu mengedepantkan adat "nyawa ganti nyawa, gigi ganti gigi" dalam menyelesaikan berbagai persoalan di antara mereka.

Sebelumnya kalangan DPRD Mimika mengimbau warga Kwamki Lama menghentikan aksi saling serang yang hanya akan menimbulkan kerugian bagi warga sendiri.

Salah satu warga kelompok atas Jalan Mambruk Kwamki Lama, Julius Agabal meminta aparat penegak hukum menegakkan hukum positif di Kwamki Lama.

"Hukum positif harus berlaku di daerah ini. Jangan hargai hukum adat yang hanya membuat warga saling membunuh," pinta Julius kepada warga kelompoknya.

Ia mengatakan, warga Kwamki Lama sama dengan warga Timika lainnya yang menghendaki hidup aman, damai dan tenang. "Kami semua mau aman. Ini harapan dari semua masyarakat Kwamki Lama," ujar Julius.

Pertikaian yang terjadi di Kwamki Lama sejak Senin (4/1) lalu, katanya, bisa dicegah jika dari awal aparat kepolisian turun tangan.

"Kami mau TNI dan Polri tegakkan hukum, jangan sampai masyarakat sudah pegang busur panah baru datang mengamankan situasi," katanya.

Pertikaian antardua kelompok warga di Kwamki Lama pecah sejak Senin (4/1) lalu mengakibatkan seorang warga tewas dan puluhan lainnya luka-luka.

Hingga saat ini warga kedua kubu masih terus berjaga-jaga dengan senjata tajam seperti panah, parang, tombak, katapel dan senapan angin.

Untuk mencegah kedua kelompok warga saling serang, polisi menempatkan sebuah mobil barakuda di tengah badan jalan yang memisahkan kedua kelompok warga Kwamki Lama. (*)

Pewarta: adit
Editor: Aditia Maruli Radja
COPYRIGHT © ANTARA 2010