Bandung (ANTARA News) - Meski sebelumnya cuaca mendung dan diwarnai gerimis, akhirnya para pengunjung Observatorium Bosscha, Lembang, Kabupaten Bandung Barat, bisa melihat gerhana matahari cincin, Jumat.

"Sejak pagi memang mendung seakan gerhana tak akan terlihat dari Bosscha. Namun skenario alam memberikan kesempatan kepada kami untuk bisa menyaksikan fenomena alam itu dengan jelas," kata Reza (28), seorang pengunjung Bosscha.

Dalam suasana hujan terus rintik-rintik, tiba-tiba sekitar pukul 15.05 WIB langit di atas Lembang mendadak cerah dan memungkinkan melihat matahari dengan jelas.

Mendapat kesempatan seperti itu, pengunjung yang sebelumnya berteduh di Auditorium Bosscha dan beberapa tempat lainnya, langsung berhamburan ke tempat terbuka. Sebagian membeli kacamata "filter mylar" yang disediakan di tempat penjualan cenderamata di sana.

Dengan kacamatan filter, warga dengan leluasa bisa melihat fenomena alam itu dari taman di sekitar Observatorium Bosscha.

Sebagian memanfaatkan beberapa teropong matahari yang disediakan oleh Bosscha yang sekaligus menggelar "open house" bagi pengunjung.

Gerhana matahari yang terlihat dari Bandung dan sekitarnya hanya 8,3 persen bagian saja. Meski tidak bisa membedakan gerhana secara rinci, pengunjung mengaku puas. Gerhana terjadi sejak pukul 14.35 WIB hingga 18.55 WIB.

Sementara itu cuaca mendung di langit Bandung mengakibatkan tidak semua warga di kawasan itu bisa melihat gerhana matahari.

Meski demikian, warga mengumandangkan takbir dari sejumlah mesjid di lingkungan masing-masing sejak pukul 14.30 hingga pukul 16.00 WIB. Namun fenomena alam itu tidak sampai menggangu aktivits warga yang tetap berjalan normal.

Warga dan pejalan kaki sesekali melihat ke arah sinar matahari, namun mereka mengaku tidak bisa melihat gerhana karena tertutup awan.

"Sejak pukul 15.00 WIB memang agak terang, namun masih di atas awan. Hanya warna benderang menyilaukan saja yang terlihat," kata Eva, seorang warga di Sumur Bandung.

Fenomena gerhana matahari itu, menurut Eva merupakan salah satu bentuk kebesaran Allah SWT yang mengingatkan untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Yang Maha Pencipta.

"Betapa kecilnya manusia di hadapan-Nya, fenomena alam ini mengingatkan umat manusia untuk lebih beriman dan bertaqwa," katanya.(*)

Pewarta: adit
Editor: Aditia Maruli Radja
COPYRIGHT © ANTARA 2010