Kabul (ANTARA News/Reuters) - Sebuah roket menghantam kawasan diplomatik di Kabul, ibukota Afghanistan, Jumat, di dekat kedutaan besar Barat, istana presiden dan kantor utama PBB, kata seorang polisi senior.

Abdulghafar Sayedzada, kepala satuan penyelidikan kriminal Kabul, mengkonfirmasi bahwa roket mendarat di daerah Wazir Akbar Khan, yang juga menjadi tempat perusahaan-perusahaan asing dan orang kaya Afghanistan.

Satu polisi cedera ringan, kata satu sumber dari kantor komando kepolisian kota itu kepada Reuters. Tidak ada laporan mengenai korban lain.

Belum ada pihak yang mengklaim bertanggung jawab atas serangan itu. Gerilyawan Taliban di masa silam melancarkan serangan-serangan roket ke Kabul namun hampir tidak pernah ada korban.

Sebuah roket mendarat di halaman Kementerian Pertahanan Afghanistan bulan lalu.

Pengamanan diperketat di sekitar lokasi ledakan Jumat, yang menurut sumber lain kepolisian merupakan bangunan milik "Pusat Operasi Gabungan Afghanistan".

Akhir pekan ini dua diplomat tinggi Barat datang ke Afghanistan -- Utusan Khusus AS bagi Afghanistan dan Pakistan, Richard Holbrooke, dan Menteri Luar Negeri Inggris David Miliband.

Kekerasan di Afghanistan mencapai tingkat tertinggi dalam perang delapan tahun dengan gerilyawan Taliban, yang memperluas pemberontakan dari wilayah selatan dan timur negara itu ke ibukota dan daerah-daerah yang sebelumnya damai.

Tahun 2009 tidak saja merupakan masa paling mematikan bagi prajurit, polisi dan warga sipil Afghanistan namun juga bagi pasukan internasional yang memerangi Taliban. Sebagian besar kekerasan terjadi di provinsi-provinsi selatan seperti Kandahar dan Uruzgan.

Presiden AS Barack Obama mengumumkan pada Desember pengiriman 30.000 prajurit tambahan ke Afghanistan untuk bergabung dengan pasukan AS dan ISAF pimpinan NATO yang berada di negara itu untuk memerangi gerilyawan. Negara-negara NATO juga mengirim 7.000 prajurit tambahan ke negara itu.

Delapan tahun setelah penggulingan Taliban dari kekuasaan di Afghanistan, lebih dari 40 negara bersiap-siap menambah jumlah prajurit di Afghanistan hingga mencapai sekitar 150.000 orang dalam kurun waktu 18 bulan, dalam upaya baru memerangi gerilyawan.

Sekitar 520 prajurit asing tewas sepanjang 2009, yang menjadikan tahun itu sebagai tahun paling mematikan bagi pasukan internasional sejak invasi pimpinan AS pada 2001 dan membuat dukungan publik Barat terhadap perang itu merosot.

Saat ini terdapat lebih dari 110.000 prajurit internasional, terutama dari AS, yang ditempatkan di Afghanistan untuk membantu pemerintah Presiden Hamid Karzai mengatasi pemberontakan yang dikobarkan sisa-sisa Taliban.

Taliban, yang memerintah Afghanistan sejak 1996, mengobarkan pemberontakan sejak digulingkan dari kekuasaan di negara itu oleh invasi pimpinan AS pada 2001 karena menolak menyerahkan pemimpin Al-Qaeda Osama bin Laden, yang dituduh bertanggung jawab atas serangan di wilayah Amerika yang menewaskan sekitar 3.000 orang pada 11 September 2001.

Gerilyawan Taliban sangat bergantung pada penggunaan bom pinggir jalan dan serangan bunuh diri untuk melawan pemerintah Afghanistan dan pasukan asing yang ditempatkan di negara tersebut.

Bom rakitan yang dikenal sebagai IED (peledak improvisasi) mengakibatkan 70-80 persen korban di pihak pasukan asing di Afghanistan, menurut militer.(*)

Pewarta: kunto
Editor: Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2010