Port Au Prince (ANTARA News/Reuters) - Para pendeta voodoo di Haiti menyesalkan pemakaman massal tidak bernisan sebagai cara yang tak pantas dalam menangani sekira 10.000 korban meninggal akibat gempa dan telah mengadukan keberatannya pada Presiden Rene Preval.

Timbunan jenazah yang dengan cepat dan massal itu dimakamkan tanpa tata cara yang baik dipandang sebagai penistaan di negara dengan kepercayaan terhadap sihir aliran zombie, sehingga orang mati merasa tidak tentram di bawa kembali ke kehidupan melalui kekuatan supranatural.

Pemerintah Haiti menyatakan, sejauh ini paling tidak ada sekira 50.000 mayat ditimbun dalam pemakaman massal di luar ibukota yang hancur, Port Au Prince. Hal itu dalam pandangan mereka merupakan cara yang efisien untuk merapikan mayat mayat yang cepat membusuk dari bencana Selasa (11/1).

"Ini bukan budaya kami untuk menguburkan  orang dengan cara seperti itu," kata pemimpin utama pendeta voodoo Haiti, Max Beauvoir, dalam pertemuannya dengan presiden.

Radio setempat menyampaikan pesan untuk warga Haiti untuk meletakan jenazah yang berhasil di ambil dari reruntuhan gedung untuk dimasukkan ke kantong mayat dan dimasukkan ke dalam truk.

"Kondisi di mana mayat itu  dikuburkan itu tidak menghargai martabat orang tersebut," kata Beuvoir, yang berpendidikan di City College New York (Amerika Serikat) dan Universitas Sorbonne di Paris (PARIS) dalam pertemuannya dengan presiden.

Lebih dari setengah penduduk haiti sekira 9 juta orang berlatih voodoo, satu aliran yang berakar dari Afrika, dan sebanyak 80 persen pemeluk Katolik, serta tidak ada konflik di antara keduanya.

Lima hari setelah gempa, jumlah jenazah yang tidak tersentuh kini bertambah dan membusuk. Palang merah telah mengimbau berulang kali tidak perlu takut akan penyakit yang ditimbulkan mayat setelah gempa yang di percaya telah merenggut 200.000 nyawa manusia itu.

"Saya tidak mengerti kenapa setiap orang takut akan risiko penyakit," kata Presiden Palang Merah Haiti, Michaelee Amadee Gadeon, kepada Reuters.

Ia mengemukakan pula, "Apakah kita terjangkit kolera di Haiti? Tidak. pakah kita terserang wabah di Haiti? Tidak. Hewan pengerat, dan air tidak akan terkontaminasi. Dampak yang ditimbulkan dari mayat tersebut hanyalah baunya."

Setiap malam dilaporkan ada jenazah baru korban gempa di Haiti, padahal ada sejumlah penduduk melaporkan bahwa mereka adalah para pencuri yang dibakar dan di tembak oleh massa, geng dan polisi. Mereka mengatakan, sekira 20 orang terbunuh seperti itu. (*)

Pewarta: priya
Editor: Priyambodo RH
COPYRIGHT © ANTARA 2010