Jakarta (ANTARA News) - Sekjen DPP Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah, Ton Abdillah Has, mengungkapkan, pihaknya bersama 53 elemen rakyat lainnya yang tergabung dalam Gerakan Indonesia Bersih akan melakukan aksi damai `kepung` Istana Merdeka, tepat pada hari ke-100 peringatan Pemerintahan SBY, Kamis (28/1) mendatang.

"Demonstrasi tersebut setidaknya akan dihadiri 10 ribu aktivis mahasiswa, pemuda, LSM dan tokoh-tokoh intelektual maupun agama yang merupakan bentuk keprihatinan sekaligus protes atas kegagalan pemerintahan sekarang," ujarnya kepada ANTARA di Jakarta, Selasa.

Sebagai salah satu pentolan Gerakan Indonesia Bersih (GIB), Ton Abdillah Has atasnama Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) menyatakan pula, aksi damai ini merupakan ekspresi `mosi tidak percaya` terhadap rezim penguasa sekarang.

"GIB menyatakan `mosi tidak percaya` dan menyerukan seluruh eksponen bangsa yang perduli kondisi sekarang ini untuk bersama-sama turun ke jalan untuk menyatakan sikapnya di seluruh Indonesia," tandasnya.

`Mosi tidak percaya` ini, demikian Ton Abdillah Has, didorong oleh berbagai situasi (kebijakan) yang semakin memperburuk citra penguasa, yakni antaralain adanya skandal kriminalisasi pimpinan KPK, megaskandal dan perampokan Bank Century, serta pemberlakuan `Free Trade Agreement` RI-Tiongkok sejak 1 Januari 2010 dengan posisi Indonesia sangat dirugikan serta mengganggu kedaulatan negara.

"Sesungguhnya masih banyak masalah lagi. Dan semua ini merupakan dosa kebijakan yang harus menjadi tanggungawan rezim penguasa sekarang," tegasnya.


Pertimbangan Objektif

Demikianlah pula fakta 100 hari pemerintahan, yang menurut Ton Abdillah Has, gagal menjawab beberapa persoalan bangsa mendesak.

"Seperti kemiskinan, pengangguran, jaminan kesehatan dan pendidikan berkualitas, dan keadilan hukum untuk rakyat," ujarnya.

Atas pertimbangan objektif itulah, demikian Ton Abdillah Has, 54 elemen rakyat yang tergabung dalam GIB menggelar aksi damai `kepung` Istana Merdeka.

Hal senada dinyatakan pula secara terpisah oleh dua pimpinan gerakan kemahasiswaan tingkat nasional, yakni Arip Musthopa, Ketua Umum PB Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dan Ketua Komite Rakyat Presidium Pusat Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), Muhammad Item.

"Kami tidak mengandalkan kepada kuantitas massa tetapi lebih tertuju kepada pengerahan kader serta aktivis, agar rakyat bisa dengan tenang tetap menjalankan aktivitas kesehariannya membangun kehidupannya yang semakin terpuruk oleh berbagai kebijakan yang semakin membebani mereka karena lebih pro kepada kelompok `Neo Kolonialisme-Neo Imperialisme` (Nekolim) atau kini populer dengan `Neoliberalisme` alias Neolib," tandas Muhammad Item.(*)

Pewarta: mansy
Editor: Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2010