Jakarta (ANTARA News) - Kepala Riset Recapital Poltak, Hotradero, meminta agar pemerintah Indonesia menegosiasikan nilai tukar rupiah dengan yuan China terkait kerugian dalam perdagangan bebas dengan negeri tirai bambu tersebut akibat pelemahan kurs yuan.

"Pada 2009, nilai tukar rupiah menguat 17 persen dibandingkan yuan China, ini artinya biaya produksi kita lebih mahal 17 persen dari China, ini ada celah untuk dinegosiasikan dalam perdagangan bebas dengan negeri tirai bambu tersebut, untuk meminta negosiasi dengan China, misalnya minta utang lunak, atau meminta agar China mendepresiasi nilai tukarnya, " katanya di Jakarta, Rabu.

Ia menjelaskan, melemahnya nilai tukar yuan merupakan fenomena tidak lazim dalam perekonomian yang tumbuh tinggi.

Hal ini karena pertumbuhan ekonomi di China yang menguat tidak diikuti oleh mata uang yang juga menguat tapi justru malah melemah. Selain itu, menurut dia, dalam kondisi saat dunia di landa krisis, cadangan devisa China juga terus menguat.

Menurut dia, nilai tukar yuan saat ini artifisial. Artinya tidak sesuai dengan kondisi sesungguhnya.

"Ada usaha dari China untuk membuat mata uangnya tetap rendah," katanya.

Ia mengatakan, hal ini ditempuh oleh Pemerintah China agar biaya produksi mereka lebih murah sehingga nilai ekspor mereka tetap tumbuh.

"Perekonomian China disokong oleh ekspornya, sehingga kondisi inilah yang membuat pemerintah China mengambil kebijakan yang tetap menguntungkan bagi eksportir yaitu melemahakan nilai tukarnya, pada 2009 karena nilai ekspornya turun diperkirakan 20 juta orang kehilangan lapangan pekerjaan," katanya.

Menurut dia, langkah negosiasi dengan China bisa dilakukan dari sisi nilai tukar ini, sehingga Indonesia juga memperoleh keuntungan dari perdagangan bebas tersebut.

"Apresiasi rupiah 17 persen terhadap reinmimbi itu cukup besar, siapa yang mau membayar 17 persen biaya modal, jadi sudah seharusnya pemerintah menegosiasikan ini, dan India sudah melakukan hal ini dengan China," katanya.

Menurut dia, salah satu negara yang telah mendiskusikan masalah ini adalah India, sehingga penguatan nilai tukar rupee terhadap yuan tidak terlampau tinggi.(*)

Pewarta: rusla
Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2010