Sanaa (ANTARA News/AFP) - Pemerintah Yaman telah menolak tawan gencatan senjata oleh kelompok separatis Syiah di utara, seraya menekankan bahwa tawaran itu seharusnya juga menyertakan komitmen untuk tidak menyerang negara tetangga Arab Saudi, demikian pejabat pemerintah, Minggu.

Pengumuman itu dikemukakan setelah pejabat militer mengatakan bahwa pertempuran antara kelompok separatis dengan pasukan pemerintah telah terjadi di tiga kawasan di utara negara itu, dan sekitar 24 orang anggota kelompok Huthi tewas dalam pertempuran.

"Pemerintah menolak inisiatif (pemimpin kelompok separatis Abdul Malak) al-Huthi untuk menerima lima poin dari syarat pemerintah (untuk perdamaian) karena itu tidak melibatkan poin ke enam, yang meminta komitmen dari kelompok Huthi untuk tidak menyerang kawasan Arab Saudi," kata pejabat pemerintah kepada AFP.

Sebelumnya pemerintah telah menyiapkan lima syarat untuk mengakhiri perang. Namun syarat keenam yang berupa komitmen untuk tidak menyerang negara tetangga, Arab Saudi, ditambahkan karena kelompok separatis itu bersitegang dengan Riyadh.

Lima syarat tersebut melibatkan penarikan diri kelompok separatis dari gedung-gedung pemerintah, pembukaan kembali jalan-jalan di utara, pengembalian senjata yang telah disita dari pasukan keamanan, pembebasan tahanan militer dan sipil, termasuk warga Arab Saudi, serta meninggalkan pos-pos militer di pegunungan.

Pejabat yang berbicara tanpa mau disebutkan namanya, juga menolak permintaan kelompok Huthi untuk penghentian serangan oleh militer sebagai syarat bagi berakhirnya pertempuran.

"Syarat dari pihak Huthi untuk mengakhiri pertempuran dengan pemerintah juga ditolak hingga kelompok Huthi sepakat pada enam syarat itu," katanya.

Pemimpin kelompok separatis Syiah itu, Sabtu, mengatakan bahwa dia akan menerima syarat pemerintah untuk mengakhiri perang jika serangan terhadap mereka dihentikan.

"Saya mengumumkan kami menerima lima syarat (pemerintah), setelah agresi dihentikan," katanya dalam sebuah pesan audio (suara) yang ditayangkan di internet.

Dia mengatakan bahwa kelompok separatis akan menerima syarat "dalam upaya untuk menghentikan pertumpahan darah dan genosida terhadap warag sipil, dan mengakhiri situasi bencana di negara itu."

Pernyataan kelompok Huthi itu dikeluarkan sebagai puncak dari pengumuman kelompok tersebut pada Senin bahwa mereka akan menarik diri dari kawasan Arab Saudi yang mereka kuasai sejak November.

Arab Saudi terlibat dalam pertempuran pada November setelah Riyadh menuduh kelompok separatis menewaskan seorang penjaga perbatasan dan menguasai dua desa kecil di perbatasan.

Sementara itu bentrokan terus terjadi di Yaman utara, dan Kementerian Pertahanan, Minggu, mengklaim telah menewaskan 24 orang anggota kelompok separatis dalam sejumlah pertempuran yang berbeda.

Para pejabat yang berbicara tanpa mau disebutkan namanya, mengatakan pertempuran terjadi di tiga garis terdepan tidak jauh dari Saada, 240 kilometer utara ibukota Sanaa, saat pesawat-pesawat tempur pemerintah menyerang kawasan itu.

Kabar dari laman Kementerian Pertahanan 26sep.net mengatakan bahwa pimpinan kelompok separatsi yang diidentifikasi sebagai Qaed Abu Malik, tewas bersama 20 orang pemimpin yang lain di kawasan Safia, provinsi Saada.

Pemerintah juga mengklaim menewaskan tiga anggota kelompok separatis yang lain ketika mereka mencoba menyusup ke sebuah pertanian di dekat Al Aqab, yang juga berada di Saada, sebuah kawasan yang menjadi markas kelompok separatis yang juga dikenal sebagai kelompok Huthi.

Pemerintah meluncurkan sebuah sistem penanganan kelompok separatis secara menyeluruh pada Agustus, dalam upaya untuk menghapus kebangkitan mereka dalam lima tahun terakhir.(*)

Pewarta: jafar
Editor: Jafar M Sidik
COPYRIGHT © ANTARA 2010