Ambon (ANTARA News) - Empat staf Kedutaan Besar (Kedubes) China mengunjungi Dobo, Ibu Kota Kabupaten Kepulauan Aru, untuk melihat satu warganya yang ditemukan selamat dalam kecelakaan speedboat Dolphin pada 27 Januari 2010.

Wakil Ketua DPRD Maluku, dr Elvyana Pattiasina, di Ambon, Selasa, mengatakan, pihak Kedubes China juga berupaya mengevakuasi empat jenazah berkebangsaan China yang telah ditemukan.

"Kami mendapat informasi adanya empat staf Kedubes China yang telah pergi ke Kota Dobo untuk melihat warga mereka, tapi sejauh ini belum diketahui pasti kapan mereka akan mengevakuasi beberapa jenazah berkebangsaan China yang menjadi korban dalam kecelakaan laut itu," katanya.

Anggota DPRD Maluku dari daerah pemilihan Kabupaten Kepulauan Aru, Kota Tual dan Kabupaten Maluku Tenggara itu mengaku prihatin dengan tindakan kru kapal cepat (speedboat) yang tidak mengindahkan larangan berlayar dari Syahbandar setempat akibat buruknya cuaca di tengah laut.

Menurut Pattiasina, kehadiran para staf Kedubes negara `Tirai Bambu` itu merupakan bentuk kepedulian yang serius terhadap warga negaranya yang mengalami musibah di perairan Kepulauan Aru, apalagi jumlah mereka mencapai 24 orang dan yang baru ditemukan hanya lima orang, satu diantaranya dalam keadaan selamat.

"Kami akan melakukan konfirmasi ke Kabupaten Kepulauan Aru untuk mencari tahu apakah kedatangan warga negara asing ke daerah itu memiliki dokumen keimigrasian yang lengkap atau tidak," katanya.

Namun adanya keterangan resmi Kepala Imigrasi Kota Tual dan Kepala Devisi Imigrasi Departemen Hukum dan HAM Maluku yang menyatakan data-data pekerja asing asal China, tiga di antaranya wanita dan tidak ditemukan indikasi lain.

"Kalau Imigrasi sudah mengatakan tidak terdata, maka indikasinya mereka masuk secara ilegal, tapi yang jelas kami akan melakukan pengecekan ke dinas/instansi terkait untuk memastikan," katanya.

Data yang dihimpun ANTARA, puluhan tenaga kerja ini didatangkan PT Arabikatama Khatulistiwa Fishing Industry (AKFI), sebuah perusahaan perikanan milik Asman, seorang WNI keturunan asal Tanjung Balai.

Masa kontrak kerja puluhan tenaga kerja asing ini berakhir pada Februari 2010, namun tanpa alasan yang jelas manajemen perusahaan mengevakuasi mereka akhir Januari 2010 dari lokasi pabrik PT AKFI di Pulau Penambulai ke Dobo dan menggunakan kapal cepat menuju Kota Tual, Rabu siang (27/1).(D008/A038)

Pewarta: adit
Editor: Aditia Maruli Radja
COPYRIGHT © ANTARA 2010