Garut (ANTARA News) - Ratusan balita yang terpaksa dibawa mengungsi 344 orang tuanya sempat telantar pada enam lokasi tenda pengungsian, terutama dari 15 rumah penduduk yang dihantam tanah longsor dan lumpur di kampung Makam Karomah.

Karena seluruh harta benda, termasuk pakaian, hingga kini masih terbenam, maka saat mengungsi pertama 16 Februari lalu anak balita itu hanya mengonsumsi mie instan tanpa berselimutkan yang memadai, sehingga mereka semalam suntuk menangis dalam kondisi gelap gulita, ungkap Ny. Ningsih(35), Jumat.

Ungkapan senada juga dilaporkan kaum ibu lainnya, kepada Wakil Gubernur Jawa Barat H. Dede Yusuf saat ia mendatangi para pengungsi di desa Tanjungkarya, Jumat.

Bahkan pemasangan jaringan listrik ke tenda pengungsian pun baru dilaksanakan hari ini oleh seorang petugas PLN, Dede Sahidin, sedangkan sebelumnya berkondisi gelap gulita serta sarat didatangi nyamuk, katanya.

Wakil Gubernur mengharapkan agar seluruh pengungsi tetap bersabar sambil terus berupaya dan ber`doa supaya bisa segera melepaskan diri dari berbagai penderitaan akibat bencana alam tersebut.

Meski bisa dimaklumi, hidup di pengungsian serba tidak enak, karena terjadinya perubahan secara mendadak dari serba nyaman menjadi serba darurat, termasuk hendak ke jamban pun harus bersusah payah, katanya.

Sedangkan mengenai bantuan akomodasi, tetap diupayakan bisa terpenuhi selama dalam pelaksanaan tanggap darurat, yang akan diupayakan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan Pemkab Garut, ungkap Dede Yusuf.

Dia kembali mengingatkan perlunya berupaya mengendalikan diri agar tidak mudah emosional atau cepat tersinggung, sehingga ujian hidup ini bisa dilalui dengan sebaik mungkin, kata Dede Yusuf.
(U.PK-HT/R009)

Pewarta: rusla
Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2010