Buenos Aires (ANTARA News/AFP) - Argentina kembali meminta Inggris agar membahas penyelesaian masalah kedaulatan Kepulauan Malvinas yang kaya minyak secara "diplomatis" dan "damai".

"Inggris sepatutnya duduk dan merundingkan masalah kedaulatan guna menyelesaikan situasi kolonial yang anakronistis ini," kata Menteri Luar Negeri Jorge Taiana Sabtu.

Dalam pernyataannya di Meksiko menjelang KTT Kelompok Rio, Menlu Taiana menegaskan tekad Argentina untuk merundingkan masalah tumpang-tindih kepemilikan Malvinas itu "secara diplomatis" dan "damai".

Presiden Argentina, Cristina Kirchner, diperkirakan memanfaatkan kehadirannya di KTT Kelompok Rio untuk menggalang dukungan pada sikap negaranya dalam konflik kepulauan yang dikuasai Inggris itu.

Sementara itu, Perdana Menteri Inggris Gordon Brown di London, Jumat, mengungkapkan optimisme dan keyakinannya pada kekuatan diplomasi bagi penyelesaian masalah Kepulauan Falklands.

"Saya fikir diplomasi antara kami dan Argentina akan berhasil," katanya seraya menekankan bahwa Inggris akan senantiasa bertindak sesuai dengan koridor hukum internasional.

Di mata Menlu Jorge Taiana, sebagai anggota tetap Dewan Keamanan PBB, Inggris mengabaikan resolusi-resolusi PBB yang menyerukan perlunya dialog bagi penyelesaian masalah Malvinas.

Seperti dikatakan Wakil Argentina di PBB, Jorge Arguello, Menlu Taiana sendiri dijadwalkan bertemu Sekjen PBB Ban-Ki Moon hari Rabu untuk mendorong kembalinya perundingan.

Konflik kedua negara terkait dengan Kepulauan Malvinas atau Falklands kembali menjadi sorotan dunia setelah Pemerintah Argentina mewajibkan kapal-kapal yang melewati perairannya menuju kepulauan itu agar terlebih dahulu mengantongi izinnya.

Langkah Argentina itu terungkap dalam dekrit Presiden Christina Kirchner yang diumumkan kepala stafnya, Anibal Fernandez.

"Semua kapal yang mau berlayar antara pelabuhan-pelabuhan di Argentina dan pelabuhan-pelabuhan di Kepulauan Malvinas (Falklands) harus mengantongi izin terlebih dahulu," kata Fernandez.

Izin yang sama juga wajib bagi kapal-kapal yang hendak melintasi perairan Argentina menuju kepulauan itu, katanya.

Inggris dan Argentina saling mengklaim kepulauan yang mengandung cadangan minyak tersebut.

Bagi Argentina, kepulauan yang disebutnya Malvinas itu merupakan bagian tak terpisahkan dari wilayah kedaulatannya.

Sebaliknya Inggris mengklaim bahwa ia telah menguasainya sejak 1833. Pada 1982, kedua negara bahkan sempat terlibat perang yang dimenangkan Inggris setelah Argentina mengambil kepulauan itu.

Operasi-operasi pengeboran minyak Inggris di sekitar kepulauan yang disebutnya Falklands itu telah memicu ketegangan baru dengan Argentina hampir 30 tahun setelah pecah Perang 1982.

Pekan lalu, Argentina menahan pelayaran kapal berbendera asing, "Thor Leader", yang disebut otoritas Pelabuhan Campana, Argentina, mengangkut pipa-pipa menuju Malvinas.

Awal bulan ini, Argentina melayangkan protes berkaitan dengan kegiatan pengeboran minyak Inggris di dasar laut sekitar kepulauan yang dipersengketakan kedua negara.

Hasil studi geologi yang dikutip media Inggris menunjukkan dasar laut Kepulauan Falklands (Malvinas) itu mengandung cadangan minyak hingga 60 juta barel.

Argentina marah dengan manuver Inggris tidak mengindahkan resolusi-resolusi PBB yang menyerukan kepada kedua negara agar memperbaharui perundingan mereka tentang kedaulatan kepulauan itu.

Perang 1982 yang berlangsung selama 74 hari itu menewaskan 649 tentara Argentina dan 255 tentara Inggris. (R013/K004)

Pewarta: kunto
Editor: Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2010