LONDON, 23 Februari (ANTARA/PRNewswire-AsiaNet) -- BUAV, organisasi terkemuka perlindungan hewan, menyeru CITES (Konvensi mengenai Perdagangan Internasional Spesies Terancam) agar melakukan tindakan setelah organisasi itu melakukan penyelidikan mengenai peristiwa mengejutkan mengenai meluasnya perdagangan primata dari Laos ke China dan Vietnam bagi industri penelitian. Para penyelidik BUAV secara diam-diam membuat film mengenai bagian dalam peternakan terbesar kera (Vannaseng Trading Company) dan menayangkannya pada perdagangan primata pertama di Laos, yang juga mengungkapkan pembangunan peternakan baru kera.

     http://www.newscom.com/cgi-bin/prnh/20100223/378013

     Yang diperlihatkan adalah gambar yang mengganggu perasaan mengenai penderitaan hewan, sementara tersebar keprihatinan mengenai status pelestarian macaque (Macaca fascicularis), yang berekor panjang, di Asia Tenggara dan kepatuhan Laos pada CITES. Yang juga diangkat ialah pertanyaan mengenai peran China dalam mengekspor kembali primata dari Laos untuk laboratorium penelitian di Amerika Serikat dan Eropa.

     Laos bergabung dengan CITES pada 2004, dan mengekspor 20.000 macaque ke China serta Vietnam dalam waktu empat tahun.

     Temuan utama dari penyelidikan BUAV ialah:

     - Kesejahteraan hewan: Kondisinya melanggar panduan internasional. Ribuan kera menderita di dalam kandang kecil yang berderet-deret.

     - Pelestarian macaque, yang berekor panjang: Seorang pejabat dari Departemen Kehutanan Laos mengakui bahwa tak pernah ada survei populasi bagi macaque di Laos. Namun setidaknya sejak 2003, beribu-ribu macaque telah ditangkap di alam lepas bagi industri penelitian.

     - CITES: Ada keprihatinan mengenai keabsahan klaim pengembang-biakan di Laos dan salah-penyajian kode sumber mengenai izin ekspor CITES bagi ribuan macaque, yang berekor panjang, yang diekspor. Terlebih lagi, tak ada laporan tahunan, satu ketentuan CITES, yang telah diajukan sejak LAOS bergabung dengan CITES.

     - Ekspor-kembali kera Laos: Kera tak memiliki identifikasi permanen, sehingga kredibilitas setiap catatan dipertanyakan. Vannaseng memberitahu BUAV bahwa kera yang dijual ke China digunakan buat tujuan pengembang-biakan atau diekspor-kembali ke laboratorium penelitian di Eropa serta Amerika Serikat.

     - Direktur Proyek Khusus BUAV, Sarah Kite, menyatakan, "BUAV menginginkan diakhirinya perdagangan yang barbar dan kejam ini. Kami menyerukan dilakukannya penyelidikan penuh mengenai temuan kami. CITES dan pemerintah harus menangani barang rampasan yang bertambah ini, mengenai populasi macaque, dari hutan habitat mereka di Asia Tenggara untuk mengisi industri penelitian internasional."

     Untuk keterangan lebih lanjut dan visual, kontak Sarah Kite di sarah.kite@buav.org atau di nomor +1-505-920-6175.

     Silakan kunjungi jejaring BUAV dengan alamat: http://www.buav.org

     Sumber: BUAV

Pewarta: prwir
Editor: PR Wire
COPYRIGHT © ANTARA 2010