Jakarta (ANTARA News) - Ketua DPR RI, Marzuki Alie, tampak kewalahan mengatasi gencarnya interupsi dan kekacauan yang mewarnai Rapat Paripurna DPR saat Ketua Panitia Khusus (Pansus) Angket Kasus Century, Idrus Marham, usai menyerahkan laporan kerja pansus.

Banyaknya anggota yang memaksakan diri untuk menyatakan pendapat, akhirnya Marzuki Alie tanpa mendengar pernyataan-pernyataan anggota DPR langsung mengetuk palu menutup sidang itu tepat pada pukul 12.30 WIB.

Situasi itu memancing emosi sejumlah anggota, salah seorang di antaranya langsung merangsek ke podium dan membanting sebuah benda di depan Marzuki Alie. Sementara ada anggota lainnya meneriakkan kata-kata: "Pimpinan sidang tidak demokratis".

Fraksi Partai Golkar kemudian menggalang mosi tidak percaya kepada pimpinan sidang.

Keadaan tersebut kemudian memunculkan reaksi beragam dari banyak anggota DPR lainnya, sementara aparat keamanan yang diterjunkan juga kesulitan mengatasi situasi.

Interupsi terjadi antara lain lantaran beberapa anggota tidak setuju dengan keputusan menjadikan rapat paripurna itu berlangsung dua hari, sementara lainnya mendukung keputusan badan musyawarah (bamus) mengenai hal tersebut.

Sementara itu, banyak pihak di DPR justru ada yang menghendaki tidak usah lagi ada pandangan fraksi karena sudah tertampung semuanya pada laporan kesimpulan akhir pansus, sehingga tidak perlu lagi ada kelanjutan paripurna pada Rabu (3/3).

Ada pula anggota DPR yang meneriakkan pernyataan tentang dua pasal Peraturan Tata Tertib (Tatib) DPR RI, mengenai posisi Rapat Paripurna lebih tinggi dari kewenangan Bamus. Namun, ada pula anggota yang meminta para wakil ketua segera mengambil alih pimpinan sidang.

Menghadapi situasi itu, Idrus Marham dari Fraksi Partai Golkar (FPG) mengundang semua anggota fraksinya berkumpul di ruang KK-1 untuk melakukan konsolidasi.

Sementara terpisah, Fraksi Partai Keadilan Sejahtera diminta berkumpul di masjid, dan fraksi lainnya masih belum mengeluarkan pengumuman.
(T.M036/P003)

Pewarta: mansy
Editor: Priyambodo RH
COPYRIGHT © ANTARA 2010