Pekanbaru (ANTARA News) - Untuk menjadi seorang dokter spesialis kebidanan dan kandungan (obgin) dibutuhkan dana sekitar Rp500 juta sebagai biaya selama menjalani pendidikan.

"Hitung-hitungan kami dibutuhkan Rp50 juta per semester atau Rp500 juta sampai selesai untuk mengambil spesialis obgin," ujar Ketua Kolegium Obstetri dan Ginekologi Indonesia, Dr. dr. Soegiarto Soebijanto, Sp.OG (K), di Pekanbaru, Kamis.

Menurut dia, ratusan juta rupiah dana itu antara laini digunakan untuk membeli buku, honor dosen, biaya praktikum, membeli alat-alat praktek dan termasuk biaya hidup dengan masa waktu pendidikan normal selama empat tahun.

Tingginya biaya itu setidaknya menyebabkan para dokter umum enggan mengambil spesialis obgin karena gaji atau pun honor yang mereka terima baik dari rumah sakit atau tempat praktik tidak mencukupi.

Dengan kondisi itu maka pertambahan dokter spesialis di Indonesia cukup lambat dibandingkan negara-negara di Asia Tenggara.

Selain itu, juga hanya 14 perguruan tinggi negeri di tanah air yang memiliki Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Obgin dan hanya mampu menghasilkan 200 orang lulusan dalam setahun.

"Hingga kini baru ada 14 universitas yang tersebar di Pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi. Sedangkan universitas di Papua sama sekali belum memiliki pusat pendidikan spesialis obgin," jelasnya.

Sedangkan jumlah dokter spesialis obgin dewasa ini berjumlah sebanyak 2.350 orang se-Indonesia dengan rasio 1 berbanding 26.000 jiwa penduduk atau masih jauh dari rasion ideal yakni 1 berbanding 2.000 penduduk.

"Untuk mencapai angka ideal memang sulit, namun kita berharap ada upaya pemerintah setempat dalam memberikan beasiswa bagi para dokter di daerah dalam mengambil spesialis obgin," ujarnya.

Kehadiran Soegiarto di Riau untuk menghadiri kerjasama pembentukan Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Obstetri dan Ginekologi Universitas Riau dan Universitas Andalas di Pekanbaru, Rabu.(Ant/R009)

Pewarta: mansy
Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2010