Padang (ANTARA News) - Menteri Kelautan dan Perikanan Fadel Muhammad mengatakan pihaknya terus berupaya melakukan negosiasi untuk penurunan tarif bea masuk ke Jepang dalam rangka meningkatkan daya saing ekspor perikanan Indonesia.

"Tarif bea masuk ke Jepang untuk tuna segar masih 3,5 persen dan sebesar 9,5 persen untuk tuna kaleng," kata menteri pada kesempatan pelepasan ekspor tuna Sumbar ke Jepang di Bandara Internasional Minangkabau (BIM) Jepang, Kamis.

Mantan gubernur Gorontalo itu melakukan kunjungan kerja ke Sumatera Barat bersama rombongan selama dua hari sejak Rabu (3/3) dengan sejumlah agenda peresmian dan peninjauan ke kawasan budidaya perikanan di provinsi itu.

Fadel Muhammad menyampaikan, berdasarkan data nilai ekspor hasil perikanan Indonesia ke pasar produktif --Amerika Serikat, Jepang dan Uni Eropa-- saat ini mencapai 70 persen dan 22 persen di pasar prospektif --Asia Tenggara dan Asia Timur--. Sedangkan untuk pasar potensial, seperti Timur Tengah, Afrika dan eks Eropa Timur sebesar delapan persen.

Untuk itu, kementerian melakukan diversifikasi pasar ke Timur Tengah dan Afrika karena masih rendahnya nilai ekspor ke pasar potensial tersebut.

"Awal Januari lalu, KKP telah memulai perluasan pasar ke Iran, Uni Emirat Arap (UEA) dan Mozambik. Hingga tahun 2009 total nilai ekspor hasil perikanan Indonesia mencapai 2,348 miliar dolar AS," jelasnya.

Menteri mengatakan, upaya yang dilakukan untuk mewujudkan visi KKP, yaitu Indonesia sebagai penghasil produk kelautan dan perikanan terbesar di dunia pada 2015, maka dituntut memacu ekspor hasil perikanan.

Hal ini, tambahnya, terkait dengan kemampuan untuk meningkatkan produksi perikanan, baik dari budidaya dan tangkap di industri hulu dan pengembangan pengolahan serta pemasaran di insutri hilir.

Menurut Fadel, di sisi industri perlu pelaku usaha yang kokoh dan solid, baik dari segi produksi maupun pascapanennya untuk mendukung pertumbuhan.

Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Bungus Padang, Sumbar, merupakan salah satu pelabuhan yang utama melakukan ekspor tuna sejak 2008.

Lokasi pelabuhan yang relatif dekat dengan wilayah penangkapan ikan, kata Fadel, maka PPS Bungus dapat memberikan keuntungan tersendiri, yakni menghemat biaya operasional ramada penangkapan ikan.

Penghematan, tentunya untuk bahan bakar dan biaya logistik lainnya serta dapat menghemat waktu perjalanan dari saat penangkapan menuju tempat pendaratan.

"Ikan merupakan produk yang sangat cepat atau mudah mengalami kemunduran mutu. Makanya usaha penghematan waktu di laut sangat penting," katanya.

Oleh karena itu, tambahnya, untuk tuna segar secara mutlak dari Sumbar diperlukan trayek penerbangan ke Jepang, sebagai pasar tunggal sashimi.

Volume ekspor tuna segar dari PPS Bungus Sumbar ke Jepang rata-rata sebesar tiga ton/hari dan ekspor tuna beku ke AS satu ton/hari sejak 2008.

Dalam melakukan ekspor PPS Sumbar bekerjasama dengan pesawat Cardig Air melalui BIM, dimana sampai saat ini telah melakukan pengiriman sebanyak 14 ton/pengiriman/minggu sejak April 2009. (SA/K004)

Pewarta: ferly
Editor: Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2010