Bengkulu (ANTARA News) - Komandan Pangkalan TNI-AL (Danlanal) Bengulu, Letkol Laut (P) Sukrisno mengatakan, nelayan di daerah ini masih menggunakan bahan peledak (Handak) dinamit, sehingga merusak terumbu karang dan populasi ikan dan biota lainnya.

"Saya mendapat laporan dari anggota yang bertgas di pulau Enggano bahwa nelayan daerah itu masih menggunakan bahan peledak untuk menangkap ikan," katanya di Bengkulu, Jumat.

Anggota TNI-Al yang bermarkas di Desa Kahyapu, Enggano mendengar ledakan kuat di sekitar perairan Malakoni setempat, ketika dicek ke lokasi pelakunya sudah kabus, sedangkan ikan, udang dan kepiting banyak yang mati.

Bekas ledakan itu juga masih ada dan terumbu karang disekitar kejadian juga hancur berkeping-keping, sedangkan ikan yang mati itu berhambura di sekitar pantai Malakoni setempat.

Nelayan di daerah itu, katanya selain menggunakan bahan peledak juga bahan kimia seperti potas, sehingga mematikan seluruh biota yang hidup di laut.

Menggunakan dinamit ataupun potas tersebut banyak sekali efek negatif yang ditimbulkannya, selain mematikan biota laut dan merusak terumbu karang juga mengancam jiwa manusia.

Jika terumbu karang mati maka, ikan tidak dapat berkembang biak dan akirnya akan mencari lagi terumbu karang masih bagus, sedangkan untuk memulihkan terumbu karang dari kerusakan sangat sulit, karena diperlukan waktu lima hingga 10 tahun kedepan.

Dia mencontohkan, kerusakan terumbu karang akibat ledakan dinamit pernah terjadi di Thailand, sehingga negara tersebut kekurangan ikan dalam jangka waku yang lama, shingga kebutuhan konsumsi ikan bagi warga di negara itu dipaok dari luar.

Danlanal mengharapkan kepada para nelayan di Provisni Bengkulu, agar menggunakan alat tangkap jaring yang anjurkan Dinas Kelautan dan Periknan (DKP) serta memiliki izin untuk melaut.

Jajaran Lanl Bengkulu tetap melakukan operasi rutin di periaran Bengkulu bagi nelayan melanggar akan ditangkap dan diproses hukum, jelasnya. (Z005/K004)

Pewarta: handr
Editor: Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2010