Pati (ANTARA News) - Pengasuh Pondok Pesantren Maslakul Huda, Kajen, Kecamatan Margoyoso, Kabupaten Pati, Jateng, KH MA Sahal Mahfudh menyatakan, kesediaannya menjadi Rais Am Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) untuk periode lima tahun mendatang.

"Hanya saja, kesediaan saya untuk menduduki jabatan sebagai rais am tergantung pada khitah dan akhlak. Selama NU masih memakai dan konsisten terhadap rais syuriah dan berakhlakul karimah, maka saya siap," ujarnya pada acara "Silaturahmi Rais Syuriyah dan Para Kiai se-Indonesia di Pondok Pesantren Maslakul Huda, di Desa Kajen, Kecamatan Margoyoso, Kabupaten Pati, Minggu.

Pada kesempatan tersebut, dia juga menyatakan, terima kasihnya kepada pengurus NU di sejumlah daerah atas saran dan harapan agar dirinya tetap menduduki sebagai Rais am PBNU.

Hadir pada acara silaturahmi tersebut, sekitar 28 dari 33 Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) se-Indonesia.

Kesempatan pertama yang menyatakan dukungannya kepada Kiai Sahal Mahfudh untuk kembali menjadi Rais Am PBNU adalah dari perwakilan PWNU Sumatera Barat.

Teuku Bagindo, salah seorang pengurus NU di Sumatera Barat mengungkapkan, pihaknya menginginkan pengganti Rais Am PBNU merupakan orang yang mampu memimpin organisasi dan mampu menggerakkan daerah.

"Untuk itu, kami berharap Kiai Sahal Mahfudh kembali menjadi Rais Am," ujarnya.

Menurut dia, Kiai Sahal merupakan figur yang alim dan netral dalam kancah politik. "Apalagi, dia belum pernah terlibat dalam politik praktis, sehingga kami berharap dia bersedia kembali menjadi rais am," ujarnya.

Pernyataan senada juga diungkapkan perwakilan pengurus Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Situbondo, Jatim, Fauzan menginginkan, Kiai Sahal untuk kembali menjadi Rais am PBNU.

"Kami setuju untuk mempertahankan Kiai Sahal mahfudh sebagai rais am," ujarnya.

Tetapi, kata dia, pihaknya juga meminta ketegasan Kiai Sahal mahfudh apakah bersedia kembali memimpin rais am atau tidak.

"Kalaupun berhalangan, kami meminta ada figur alternatif lain yang sesuai," ujarnya.

Pada kesempatan tersebut, dia juga menyebutkan, figur alternatif seperti Makruf Amin atau Maimun Zubair.

Sementara perwakilan pengurus NU dari Kalimantan Selatan, Hamdan Khalid juga menginginkan Kiai Sahal mahfudh bersedia untuk memegang rais am.

"Jika tidak bersedia, kami minta dicarikan alternatif yang sesuai," tukasnya.

Beberapa perwakilan lain, seperti dari perwakilan pengurus NU dari Provinsi Sulawesi Tenggara, Irian Jaya, Bandung, Sulawesi Tengah, dan Riau, Kabupaten Bangkalan, dan mungkin dari daerah lain juga mengungkapkan dukungannya kepada Kiai Sahal mahfudh untuk tetap menjadi Rais am PBNU.

Sementara itu, Malik Madani yang bertindak sebagai moderator pada acara diskusi rais syuriyah dan para kiai se-Indonesia mengungkapkan, para peserta silaturahmi memang sepakat meminta kesediaan KH MA Salah mahfudh untuk memimpin kembali Rais Am

Ia menegaskan, munculnya nama rais am yang berkembang tergantung pada forum silaturahmi tersebut. "Hal ini, juga tidak ada rekayasa sejak awal," ujarnya menanggapi kemungkinan adanya upaya rekayasa.

"Acara silaturahmi ini merupakan hasil gagasan oleh Rois Syuriyah PWNU Jateng Kiai Masruri Mughni dan Rois Syuriyah DIY Kiai Azhari Afta," ujarnya.

Terkait isu sejumlah pihak berupaya menggalang dukungan agar tidak memilih Kiai Sahal, kata Malik Madani yang juga Kati Syuriyah PBNU, hal tersebut dimungkinkan terjadi.

Sebelumnya, sejumlah pengurus NU di daerah ada yang diminta untuk tidak hadir pada acara Silaturahmi Rais Syuriyah dan Para Kiai se-Indonesia di Pondok Pesantren Maslakul Huda di Kajen ini.

Hadir pada acara tersebut, Kiai Habib Lutfi, Rois Syuriyah PWNU Jateng KH Masruri Mughni, dan Rois Syuriyah DIY KH Azhari Afta, serta sejumlah ulama terkenal lainnya.
(U.KR-AN/R009)

Pewarta: rusla
Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2010