Jakarta (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyampaikan empat hal utama yang harus dilakukan masyarakat dunia untuk menghadapi tantangan global.

Perang terbuka tidak lagi dipicu oleh perbedaan ideologi atau perluasan wilayah namun ancaman-ancaman non-tradisional seperti perebutan sumber daya alam dan energi, kataPresidensaat membuka seminar internasional peringatan satu tahun Universitas Pertahanan, dengan tema "Indonesia Menuju 2025: Tantangan Geopolitik dan Keamanan dengan Fokus Sumber Daya Alam, Ekonomi dan Energi di Istana Negara, Jakarta, Rabu.

"Pertama diperlukan kesadaran dan tanggung jawab baru dari seluruh negara dan masyarakat termasuk kesadaran untuk membangun gaya hidup yang pro bumi dan planet," katanya.

Kedua, lanjut Kepala Negara, adalah penguasaan teknologi yang mampu mengatasi permasalahan global termasuk masalah pangan, energi dan air, yang menjadi ancaman-ancaman non tradisional.

"Ketiga adalah diperlukannya kerjasama dan kemitraan global yang lebih efetif. Dan empat, mana kala terjadi benturan kepentingan tentang (ancaman-ancaman non tradisional) mari kita mencari solusi secara damai, jangan terlalu mudah menggunakan kekuatan militer atau `hard power` lain," katanya.

Presiden selaku salah satu pemimpin dunia menyeru masyarakat internasional untuk membangun peradaban dunia yang baik.

Pada kesempatan itu Kepala Negara juga menilai bahwa dengan berakhirnya perang dingin, serangan teroris di Amerika Serikat (AS), dan krisis global maka dunia sedang bergerak untuk membangun sebuah tatanan baru.

Presiden menyebut mengenai pergeseran-pergeseran kekuatan dunia serta bertambah banyaknya isu-isu global yang dulu berakhir di perang dingin.

Terkait dengan keberadaan Universitas Pertahanan, Kepala Negara berharap agar universitas tersebut dalam mengembangkan kekhasan dan keunggulannya.

Sementara itu Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro mengatakan bahwa seminar internasional itu dilakukan untuk merayakan ulang tahun pertama Universitas Pertahanan, yang digunakan untuk mempersiapkan generasi pemimpin dan pakar pertahanan yang modern dalam menghadapi tantangan masa depan.

"Pentingnya kita memiliki sebuah universitas Pertahanan adalah sebagai wadah untuk sumbangan pikiran dan memberikan fokus tentang kemana negeri ini akan dibawa dalam konteks perubahan nasional, regional dan global," katanya.

Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa pembentukan Universitas Pertahanan merupakan salah satu wujud reformasi TNI dalam sipil-militer.

"Wujud reformasi TNI dapat dilihat dari TNI yang fokus pada peningkatan profesionalisme dan tugas utamanya menjaga kedaulatan negara, keutuhan wilayah dan keselamatan bangsa dari ancaman luar dan dalam negeri," katanya.

Pembentukan Universitas Pertahanan Indonesia diprakarsai oleh Menteri Pertahanan dan Panglima TNI dan diresmikan pada 11 Maret 2009 oleh Presiden Yudhoyono.(G003/A024)

Pewarta: bwahy
Editor: AA Ariwibowo
COPYRIGHT © ANTARA 2010