Jakarta (ANTARA News) - Pakar komunikasi dari Universitas Indonesia (UI), Ade Armando, tidak percaya bahwa media massa cetak di Indonesia menuju kematian, karena masih akan tetap bertahan di era internet sekarang ini.

"Saya tidak percaya media massa cetak ke arah kematian. Namun, koran media cetak tidak mungkin bertahan jika masih dengan format yang tradisional," kata Ade dalam diskusi "Media Cetak vs Media Online", di Jakarta, Senin.

Menurut Ade, di tengah perkembangan teknologi komunikasi, media massa cetak harus memiliki strategi dalam persaingan dengan media online atau pun media televisi yang mengandalkan kecepatan dalam menyajikan berita.

Dengan demikian, menurutnya, media massa cetak harus menonjolkan kelebihan yang tidak dimiliki media dalam jaringan alias daring (online), yaitu kedalaman berita.

"Kalau online itu kan beritanya pendek-pendek karena orang tidak nyaman baca lama-lama di layar komputer atau HP. Nah, kedalaman berita itu lah yang tidak dimiliki online, dan jadi keunggulan koran atau media cetak," ujar Ade.

Oleh sebab itulah, gaya tradisional atau gaya berita langsung di media massa cetak harus sudah mulai diubah dengan menampilkan kedalaman dan latar belakang berita yang sudah lebih dulu diterima orang melalui media online.

Selain itu, menurutnya format media massa cetak juga harus berubah dan menyesuaikan dengan minat para pembaca.

"Format harus berubah baik format fisik maupun konten, seperti Koran Tempo itu kan lebih kecil dan Kompas juga semakin langsing. Nantinya akan tumbuh media cetak yang segmented seperti lifestyle dan olahraga," ujar Ade.

Sependapat dengan Ade, Pemimpin Redaksi Suara Pembaruan, Primus Dorimulu, mengatakan bahwa ancaman media daring adalah nyata, namun belum akan menggantikan media massa cetak dalam waktu dekat.

"Saya yakin bahwa media masaa cetak akan tetap bertahan hingga 30 sampai dengan 35 tahun mendatang," kata Primus.

Keyakinannya ini dapat dilihat dari minat pembaca terhadap koran yang masih cukup besar meskipun sebagian besar sudah lebih memilih mengakses media daring melaluitelepon seluler (ponsel) atau pun komputer.

Menurut dia, salah satu penyebab orang masih memilih media cetak ialah kenyamanan membaca yang belum bisa dikalahkan media daring.

Selain itu, ia menilai, kedalaman dan kredibilitas berita yang dihasilkan media massa cetak lebih unggul dari pada media daring.

"Orang kan juga butuh berita yang lebih lengkap dan dalam. Orang juga tidak kuat baca lama-lama di HP atau laptop. Kalau ada teknologi yang bisa bikin orang baca di layar dengan nyaman, mungkin koran akan kalah," kata Primus.

Namun, Primus tak memungkiri bahwa suatu saat media cetak juga harus terjun ke media daring karena arus perkembangan teknologi yang tidak dapat dibendung.

"Kita tidak memungkiri untuk terjun ke media online, yang terpenting adalah kita memiliki kesiapan dan ahli jurnalistik yang sudah siap," demikian Primus.
(T.M-RFG/A041/P003)

Pewarta: priya
Editor: Priyambodo RH
COPYRIGHT © ANTARA 2010