Jakarta (ANTARA News) - Pesta makanan berkalori tinggi sama menimbulkan kecanduannya dengan kokain dan nikotin, serta menyebabkan makan berlebihan dan obesitas (kegemukan), demikian hasil sebuah studi yang diterbitkan Minggu (28/3).

Hasil penelitian dengan objek hewan itu tidak bisa langsung diterapkan pada manusia, namun bisa membantu memahami keadaan itu dan membantu pengembangan terapi untuk mengatasi masalah itu, tulis para peneliti dalam jurnal "Nature Neuroscience."

Penelitian yang mengambil objek tikus itu, membuktikan bahwa konsumsi berlebihan makanan berkalori tinggi dapat memicu respons seperti kecanduan di dalam otak dan makanan berkalori tinggi itu dapat mengubah tikus menjadi hewan pengerat yang rakus di laboratorium penelitian, demikian artikel itu.

Para peneliti juga menemukan penurunan kadar reseptor dopamine khusus, yaitu unsur kimiawi otak yang menumbuhkan pearasaan dihargai, dalam tikus yang bobot badannya berlebihan, sebagaimana yang dialami manusia yang kecanduan obat, tulis artikel itu.

"Obesitas mungkin merupakan bentuk dari makan secara berlebihan. Sebuah perlakuan dalam perkembangan bentuk lain yang kompulsif, contohnya kecanduan obat, mungkin sangat bermanfaat untuk perlakuan menghadapi kegemukan," kata peneliti Paul Kenny dari  Scripps Research Institute,  Florida, dalam wawancara di telepon.

Penyakit yang berkaitan dengan obesitas membuat Amerika Serikat (AS) merugi kira-kira 150 milyar dolar AS per tahun, demikian keterangan lembaga pemerintah AS.  Diperkirakan  dua pertiga orang dewasa AS dan satu pertiga anak-anak mengidap kegemukan atau kelebihan berat badan.

Untuk penelitianya itu, Kenny dan para koleganya mengunjungi toko-toko kelontong.

"Pada dasarnya kita membeli makanan yang disukai banyak suka seperti Ding-Dongs, kue keju, daging babi, sosis makanan yang Anda senangi , tetapi Anda tak ingin memakannya terlalu sering," katanya.

Mereka juga membeli makanan sehat dan memikirkan sebuah rencana diet untuk  tiga kelompok tikus penelitian.

Satu grup memakan menu diet seimbang. Grup lainnya  mendapatkan makanan sehat, tetapi memiliki akses k makana  makanan berkalori tinggi satu jam perhari. Tikus di kelompok ke tiga diberikan makanan yang sehat dan diberi kelonggaran yang tidak terbatas untuk mendapatkan makanan berkalori tinggi

Tikus-tikus di kelompok ketiga menyantap makanan berkalori tinggi, mengunyahnya sepanjang hari dan segera menjadi kegemukan, kata Kenny.

Tikus-tikus dalam eksperimen ini juga dilatih untuk menerima kejutan kecil ketika terkena cahaya. Tetapi ketika tikus-tikus yang kesempatannya mendapatkan makanan berkalori tinggi terbatas, ketika disinari cahaya, mereka tidak merespon potensi bahaya, kata Kenny.

Malahan, mereka terus mengunyah makanannya.

"Apa yang kita lihat pada hewan kita itu sangat mirip dengan apa yang Anda lihat pada orang-orang yang sangat malas. Tampaknya tidak menjadi soal bisa menikmati makanan ringan, tapi jika terus malas-malasan, maka dari situlah masalah bakal muncul," katanya. (*)

reuters/adam/jafar

Pewarta: jafar
Editor: Jafar M Sidik
COPYRIGHT © ANTARA 2010