Surabaya (ANTARA News) - Mantan Kepala Bareskrim Komjen Polisi Susno Duadji mengantongi tiga nama "markus" (makelar kasus) yang diduga bercokol di Mabes Polri.

"Gayus Tambunan itu bukan `markus`, tapi dia hanya pion, dia hanya korban," katanya ketika diwawancarai pemandu bedah buku `Bukan Testimoni Susno` per telepon dari Surabaya, Minggu.

Di hadapan puluhan peserta bedah buku dalam rangkaian "Kompas Gramedia Fair 2010" itu, Susno juga sempat diwawancarai lewat telepon seluler (ponsel) oleh tiga warga kota Surabaya yang mengikuti bedah buku terbitan PT Gramedia Pustaka Utama setebal 138 halaman itu.

Menurut Susno yang pernah menjabat Wakapolwiltabes Surabaya itu, "markus" yang sebenarnya itu menghubungkan rekayasa perkara dari kepolisian, kejaksaan, hingga kehakiman.

"Dia ("markus" yang sebenarnya) itu mempunyai kekuatan yang hebat, karena dia mampu menghubungkan kepolisian, kejaksaan, dan kehakiman," katanya.

Ucapan itu, katanya, membuat dirinya sempat diminta untuk membuktikannya. "Saya katakan, saya ibarat pelapor. Pelapor kok disuruh membuktikan, ya mereka yang harus membuktikan bahwa hal itu tidak benar," katanya.

Dalam bedah buku itu, penulisnya, IzHarry Agusjaya Moenzir, menyebutkan jumlah "markus" yang bercokol di Mabes Polri ada tiga nama.

"Saya yakin, pak Susno akan mengungkapkannya, tapi dia masih menyimpannya. Nanti, semuanya akan diungkap satu per satu," katanya.

Penulis buku yang juga anggota Dewan Kehormatan PWI itu menegaskan bahwa Susno Duadji sendiri menyebutkan Gayus Tambunan itu masih merupakan episode awal.

"Pak Susno mengakui reformasi di Polri akan sulit bila `markus` masih ada di ruang yang tak jauh dari ruang Kapolri dan Wakapolri," katanya.

Menurut dia, Susno Duadji sudah lama membenahi masalah itu "dari dalam" (internal), tapi tidak pernah didengar, bahkan dirinya justru menjadi korban berkali-kali.

"Sewaktu menjabat Wakapolwiltabes Surabaya, Pak Susno pernah dinonjobkan, karena dia tak mengikuti perintah untuk menghentikan kasus upal (uang palsu) yang melibatkan dua jenderal di TNI," katanya.

Ketika menjadi Kapolda Jabar pun, Susno pernah ditawari setoran senilai Rp10 miliar dari kasus minuman keras.

"Pak Susno bilang setoran itu masih dari satu kasus, padahal di kepolisian itu banyak yang semacam itu. Masih ada kasus judi, VCD bajakan, prostitusi, dan banyak setoran-setoran dari dunia kejahatan lainnya," katanya.

IzHarry Agusjaya Moenzir menambahkan "Bukan Testimoni Susno" merupakan buku karyanya yang ke-15 dan paling laku keras, karena hingga kini sudah terjual 23.000 eksemplar.(Ant/R009)

Pewarta: handr
Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2010