Jakarta (ANTARA News) - Kebakaran di Pasar Senen, Jakarta Pusat, pertengahan Maret lalu tidak menyurutkan semangat para pedagang yang kehilangan kios-kios mereka.

Para pedagang korban kebakaran, Selasa, tetap saja menggelar dagangannya di jalan perbatasan antara kios dengan pedagang kaki lima di jalanan. Mereka menjual dagangannya dengan "harga menangis".

Dengan barang-barang yang masih tersisa mereka berjualan sekenanya. Barang-barang dagangan mereka yang tumpah ruah tidak tertata itu, hanya ditampung oleh selembar karung goni atau triplek yang dilapisi plastik kresek hitam.

Sementara itu, para pembeli menawar sambil berjongkok atau berdiri di sepanjang jalan itu juga. Pedagang mengaku risih juga dengan pembeli yang masih menawar barang dagangan mereka.

“Udah pas harganya tuh Bu. Udah harga tereak ini,” ucap salah sorang pedagang wanita yang menjual tas lengan impor.

Reaksi serupa dituturkan oleh Ibu Richard (49), pedagang pakaian dan tas lengan wanita. “Saya bingung kuliah anak saya. Anak zaman sekarang mana mau dikasih 15 ribu-20 ribu," begitu ucapnya ketika ditanyakan dampak kebakaran pada perolehan jualannya.

Harga dagangan dari para pedagang itu hampir seragam. Untuk tas lengan wanita sekitar Rp50-100 ribu. Begitu pula pakaian. Ada yang digantung dengan bandrolan Rp5.000, ada juga kemeja laki-laki dewasa yang dibungkus plastik dengan harga Rp30 ribu.

Kebisingan pasar diperparah dengan bunyi renovasi yang sedang berjalan. “Gak lama habis kebakaran, ada yang dibangun kok. Kita juga tetap jualan. Yang ada agak kosong aja lapaknya, langsung gelar,” ujar Mas Joko penjual tas lengan wanita.

Sejauh ini penyebab kebakaran masih belum pasti. Satu-satunya kepastian yang beredar adalah pedagang dilarang berjualan di sisa-sisa kios mereka. Terkait aturan yang diberlakukan itu, pedagang mengaku keberatan.

"Tetap akan di sini. Jualan aja asal gak rugi-rugi amat," kata ibu Richard. Diakuinya, modal untuk tas yang dihargainya Rp70 ribu sekarang sudah “harga menangis". Sebelum kebakaran, ia menjual tas tersebut seharga Rp125 ribu. “Kalau ditawar lagi, nanti modalnya aja gak sampe,” ucap Ibu Richard.
(M.ina/B010)

Pewarta: bwahy
Editor: Bambang
COPYRIGHT © ANTARA 2010