Yogyakarta (ANTARA News) - Seratus hari meninggalnya Abdurrahman Wahid atau Gus Dur diperingati dengan karnaval Kebhinekaan yang menampilkan beragam budaya dari berbagai provinsi, di Yogyakarta, Sabtu.

Karnaval dimulai dari Taman Parkir Abu Bakar Ali menuju Alun-alun Utara, Kota Yogyakarta. Papua menampilkan tarian perang, dan DKI Jakarta dengan kesenian ondel-ondel. Peserta lainnya di antaranya Lampung, Sulawesi Utara, dan Kalimantan Selatan.

Selain sejumlah mahasiswa yang menimba ilmu di Yogyakarta menjadi peserta karnaval mewakili provinsi mereka, kegiatan ini juga diikuti warga keturunan Tiong Hoa yang tinggal di kota ini.

Sejumlah warga keturunan Tiong Hoa menampilkan kesenian khas negeri mereka, di antaranya Naga Liong. Kesenian ini dimainkan oleh 10 anak.

Sementara itu, Ikatan Motor Besar Indonesia (IMBI) yang ikut dalam karnaval ini menampilkan sejumlah motor besar menyusuri Jalan Malioboro, Jalan Ahmad Yani hingga Alun-alun Utara.

Karnaval Kebhinekaan yang semula akan dimulai pada pukul 14.00 WIB, terpaksa tertunda selama satu jam karena hujan deras yang mengguyur kota Yogyakarta dan sekitarnya.

Menurut ketua panitia peringatan 100 hari meninggalnya Gus Dur, Munir Che Anam, tema kebhinekaan lebih ditonjolkan dalam karnaval ini karena Gus Dur dikenal dengan perjuangannya untuk menghapuskan diskriminasi. "Karnaval tersebut menggambarkan pluralitas di Indonesia selama ini selalu dibela Gus Dur," katanya.

Ketua Perhimpunan Fu Qing Yogyakarta Sutanto Sutandyo mengatakan warga Tiong Hoa di Yogyakarta terlibat penuh dalam kegiatan itu karena alasan historis, yakni jasa Gus Dur yang merangkul warga Tiong Hoa sehingga mereka tidak lagi merasa dan menerima perlakuan yang diskriminatif.(E013/M008)

Pewarta: handr
Editor: Aditia Maruli Radja
COPYRIGHT © ANTARA 2010