Jakarta (ANTARA) - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat konsumsi pemerintah yang tumbuh positif menjadi satu-satunya komponen pengeluaran yang memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi pada triwulan III-2020.

"Konsumsi pemerintah tumbuh 9,76 persen (yoy), karena tingginya realisasi belanja bansos serta barang dan jasa dibandingkan triwulan III-2019," kata Kepala BPS Suhariyanto dalam jumpa pers di Jakarta, Kamis.

Suhariyanto mengatakan realisasi belanja bantuan sosial itu dipengaruhi oleh adanya penambahan anggaran untuk mendukung Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) dan mengatasi dampak COVID-19.

Selain itu, tambah dia, pertumbuhan realisasi belanja barang dan jasa didukung oleh tingginya penyerapan belanja nonoperasional, khususnya untuk penanganan dampak pandemi.

Baca juga: BPS: Ekonomi menunjukkan tanda pemulihan, meski masih terkontraksi

"Pencairan insentif bagi tenaga kesehatan pada Program PEN dan pergeseran pembayaran tunjangan guru juga berkontribusi terhadap kenaikan belanja pegawai," kata Suhariyanto.

Secara keseluruhan tingginya konsumsi pemerintah itu juga terlihat dari realisasi belanja negara pada triwulan III-2020 sebesar Rp771,37 triliun atau naik dari periode sama tahun 2019 sebesar Rp559,97 triliun.

Meski demikian, lanjut dia, kelompok pengeluaran utama lainnya seperti konsumsi rumah tangga, Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB), maupun ekspor belum mampu tumbuh positif dan berkontribusi kepada perekonomian.

Saat ini konsumsi rumah tangga dan PMTB yang menyumbang 88,43 persen PDB, mengalami pertumbuhan negatif masing-masing 4,04 persen dan 6,48 persen, diikuti ekspor yang terkontraksi 10,82 persen.

Baca juga: Sri Mulyani: Kondisi terburuk akibat pandemi telah Indonesia lewati

Baca juga: KSP: Ekonomi RI lewati titik terendah dan kini menanjak pulih


Konsumsi rumah tangga terkontraksi karena penjualan eceran masih mengalami penurunan seperti pada penjualan sandang, bahan bakar kendaraan, perlengkapan rumah tangga lainnya dan peralatan informasi komunikasi.

Sementara itu PMTB tumbuh negatif karena terdampak oleh penurunan impor maupun produksi domestik serta kontraksi barang modal jenis kendaraan serta peralatan lainnya.

Suhariyanto menyakini kelompok pengeluaran mulai tumbuh positif pada triwulan berikutnya seiring dengan perbaikan yang telah terlihat dari pertumbuhan per kuartal.

"Kalau dari tiga komponen pengeluaran terganggu maka pertumbuhan ekonomi kita masih akan rendah. Tapi seluruh komponen yang ada tidak mengalami kontraksi sedalam triwulan II-2020," kata Suhariyanto.

Baca juga: BPS: Ekonomi Indonesia triwulan III-2020 minus 3,49 persen

 

Pewarta: Satyagraha
Editor: Risbiani Fardaniah
COPYRIGHT © ANTARA 2020