Paris (ANTARA News) - Harga minyak yang tinggi dapat membatasi atau mengekang pemulihan ekonomi di sejumlah ekonomi utama, Badan Energi Internasional (EIA) memperingatkan Selasa, ketika lembaga itu menaikkan proyeksi permintaan minyak global tahun ini.

Harga yang lebih tinggi bersama dengan kondisi kredit lebih ketat "bisa membatasi pemulihan ekonomi OECD," kata IEA mengacu pada 30 ekonomi maju yang tercakup dalam Organisasi untuk Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (OECD).

OECD, yang berbasis di Paris, termasuk Inggris, Prancis, Jerman, Jepang dan Amerika Serikat, dan IEA adalah cabang atau unit pemantauan minyak mereka.

Dalam analisis pasar minyak bulanannya, IEA melaporkan kekhawatiran bahwa pasar minyak bisa "panas" dengan harga minyak di sekitar 85 dolar per barel.

Kelompok itu mengatakan ada "pertanyaan atas keberlanjutan harga nyata lebih tinggi" daripada tingkat 70-80 dolar per barel.

"Pada akhirnya, berbagai hal bisa berubah berantakan bagi produsen jika 80-100 dolar per barel hanya dilihat sebagai baru 60-80 dolar per barel," katanya.

Harga minyak turun dalam awal perdagangandi London setelah laporan IEA itu dirilis, dengan kontrak utama New York, minyak mentah light sweet untuk pengiriman Mei, menurun 64 sen menjadi 83,70 dolar per barel.

Minyak mentah Brent North untuk Mei turun 40 sen menjadi 84,37 dolar.

IEA mengatakan permintaan minyak akan menjadi 30.000 barel per hari lebih tinggi dan total 86,6 juta barel per hari (MBD) tahun ini karena tak terduga aktivitas kuat ekonomi di Amerika Serikat, Asia dan Timur Tengah. (A026/M012)

Pewarta: adit
Editor: Aditia Maruli Radja
COPYRIGHT © ANTARA 2010