Bengkalis (ANTARANews) - Sejak akhir tahun 2009 hingga sekarang, kawanan gajah liar telah merusak sedikitnya 200 hektare lahan kelapa sawit dan palawija di Desa Petani, Kecamatan Mandau, Kabupaten Bengkalis, Riau.

Kepala Desa Petani, Rianto, di Bengkalis, Jumat, mengatakan bahwa kawanan gajah sumatra (elephas maximus sumatranus) tersebut merusak perkebunan dengan cara memakan dahan kelap sawit, sementara tanaman palawija rusak akibat dilalui kawanan gajah yang jumlahnya di atas 20 ekor.

Menurut Rianto, kerusakan lahan perkebunan milik warga tersebut akan terus bertambah setiap harinya karena kawanan gajah itu selalu berpindah-pindah, dari perkebunan satu ke perkebunan lainnya.

Bahkan, kata dia, untuk menghindari kebuasan kawanan gajah itu, sebagian warga Desa Petani memilih untuk mengungsi ke daerah yang lebih aman.

Menyinggung soal panen terkait dengan kawanan gajah itu, dia mengatakan, "Warga mewaspadai kedatangan hewan yang dilindungi itu dengan membentuk kelompok panen yang jumlahnya 20 orang."

Ia berharap dengan terbentuknya kelompok panen itu dapat mencegah hal-hal yang tidak diinginkan. Pasalnya, mereka yang menjadi korban karena memanen kebunnya secara perorangan.

"Biasanya kan gajah takut melihat warga yang ramai. Jadi, kami membentuk tim pemanen agar bisa memanen kebun secara keroyokan," kata Rianto.

Bayu (40), warga Desa Petani, berharap pemerintah kabupaten setempat bertindak dengan cepat setiap ada konflik gajah di wilayahnya. Masalahnya, daerah itu merupakan lintasan rutin kawanan hewan bongsor itu.

"Kalau perlu gajah-gajah itu diasingkan dari perkampungan untuk mengindari konflik, dan pemkab membuka lahan konservasi yang luas sebagai tempat bintang itu," katanya menyarankan.

Setelah itu, lanjut dia, lahan konservasi itu diberi pagar untuk mempersempit ruang gerak kawanan gajah.
(T.KR-FZR/D007/P003)

Pewarta: priya
Editor: Priyambodo RH
COPYRIGHT © ANTARA 2010