Yushu, China (ANTARA News) - Presiden China, Hu Jintao, pada hari Ahad terbang ke wilayah terpencil dan daerah Yushu yang porak poranda untuk mempercepat pembagian bantuan, pada saat para biksu Tibet mengkremasi para korban gempa bumi yang menewaskan hampir 1.500 orang itu.

Hu mempersingkat kunjungan ke Amerika Selatan untuk terbang ke lokasi bencana.

Pemimpin spiritual Tibet, Dalai Lama, Sabtu minta Beijing jika dia akan mengunjungi lokasi bencana.

Dalai Lama tidak pernah kembali ke China sejak meninggalkan Tibet pada 1959, setelah pemberontakan yang gagal, dan tampaknya tidak meminta izin untuk mengunjungi Tibet.

Ratusan truk militer, bergabung dengan konvoi-konvoi bantuan yang dihimpun oleh kelompok-kelompok bantuan swasta, menempuh 1.000 kilometer (600 mil) dari ibu kota provinsi Gyegu, kota kecil tempat menampung korban, di mana kondisi korban selamat makin menyedihkan terutama menyangkut makanan dan tempat bernaung.

Di desa Tuanjie, di pinggiran Gyegu, para pekerja bantuan membagikan selimut di biara-biara setempat, namun mengatakan, ketinggian lokasi membatasi kemampuan mereka untuk menerbangkan bantuan pangan.

"Kami tak pernah mengalami gempa bumi sedemikian besar sebelumnya, karena itu sepenuhnya tak kami perkirakan dan tak kami persiapkan," kata He Zhanlu, pemimpin tim pembagian bantuan di desa itu.

"Sebagai tambahan ini, bantuan dari semua negara telah berdatangan sekarang, namun kondisi jalur lalu lintas jalan menjadi masalah bagi pengiriman barang-barang bantuan."

Beberapa organisasi non-pemerintah telah membangun pusat-pusat distribusi di luar Gyegu untuk menghindari penjarahan dan bentrokan memperebutkan makanan, yang telah terjadi di kota itu.

Para anggota keluarga membawa banyak mayat yang telah dibungkus kepada ratusan biksu yang tak henti-henti membaca doa.

Para biksu itu, banyak di antara mereka yang datang dengan truk-truk pickup dari wilayah-wilayah Tibet lainnya.

Diperkirakan mereka telah mengkremasikan lebih dari 1.000 jenazah di suatu lapangan rumput di lereng gunung di luar Gyegu.

Sejumlah pihak telah meminta agar mereka menghentikan upacara tradisional `penguburan di angkasa`, yaitu jenazah ditinggalkan untuk dijadikan santapan burung hering pemakan daging.(/H-AK/H-RN)

Pewarta: mansy
Editor: Aditia Maruli Radja
COPYRIGHT © ANTARA 2010