Jakarta (ANTARA News) - Dirut Perum LKBN Antara Ahmad Mukhlis Yusuf, Selasa malam, bertolak ke Seoul, Korea Selatan, untuk memimpin pertemuan tingkat tinggi para CEO media yang tergabung dalam Organisasi Kantor Berita Asia Pasifik (OANA).

Muhlis Yusuf sudah tiga tahun terakhir ini menjadi Presiden OANA yang beranggotakan 40 kantor berita dari 33 negara di kawasan Asia Pasifik. Ia didampingi oleh Sekretaris Jenderal OANA Saiful Hadi (Direktur Pemberitaan Antara) dan Kepala Sekretariat OANA Akhmad Kusaeni (Wakil Pemimpin Redaksi Antara) pada acara 21 hingga 24 April tersebut.

Konferensi yang dinamakan OANA Summit Congress merupakan pertemuan tingkat tinggi terbesar dalam sejarah OANA karena semua CEO kantor berita hadir dan wakil-wakil dari organisasi aliansi kantor berita regional lain juga datang sebagai pengamat, seperti dari Federasi Kantor Berita Arab (FANA), Aliansi Kantor Berita Eropa (EANA), Aliansi Kantor Berita Mediterania (AMAN), Asosiasi Kantor Berita Balkan (ABNA) dan Kantor Berita Islam Internasional (IINA).

Para tokoh dan pimpinan media itu akan membahas masa depan kantor berita, apa tantangan dan peluangnya, di era Internet dan multimedia. Mereka juga akan meningkatkan kerjasama dengan saling tukar-menukar berita, foto dan video disamping pertukaran jurnalis.

Mereka juga akan memutuskan apakah sebuah kantor berita akan tetap di `menara angin` dengan posisi sebagai grosir penyedia konten informasi atau berusaha membumi dengan melayani langsung para konsumennya dengan go retail.

"Pertemuan di Seoul sangat penting karena akan membicarakan kiat-kiat khusus menghadapi persaingan industri media dan konten gratis di Internet," kata Sekjen OANA Saiful Hadi.

OANA didirikan pada tahun 1961 di Bangkok atas inisiatif UNESCO untuk mengamankan pertukaran berita di antara negara-negara sedang berkembang. OANA juga didirikan untuk mengatasi ketimpangan informasi antara negara maju dan berkembang. Waktu itu kantor berita Barat seperti AP (Amerika Serikat), AFP (Prancis) dan Reuters (Inggris) sangat mendominasi alur informasi dunia.

"Sampai sekarang OANA masih berjuang untuk mengatasi ketidakseimbangan informasi dunia tersebut," kata Saiful.

Idealnya, kata Saiful, isu yang ada di Asia Pasifik diberitakan oleh kantor berita dan wartawan Asia Pasifik, bukan oleh media Barat. Isu di Indonesia harus diberitakan oleh kantor berita Antara. Isu di China diberitakan Xinhua, isu di Korea diliput oleh kantor berita Yonhap, atau peristiwa di Iran oleh kantor berita IRNA.Itu, lanjutnya, agar suara Asia Pasifik lebih bisa didengar di arena internasional. (A017/J003)

Pewarta: ricka
Editor: Aditia Maruli Radja
COPYRIGHT © ANTARA 2010