Jakarta (ANTARA) - Equity PT Manulife Aset Manajemen Indonesia Andrian Tanuwijaya memprediksi kinerja pasar saham pada 2021 akan lebih positif dibandingkan tahun ini yang tertekan akibat pandemi.

"Kami memiliki pandangan yang lebih positif terhadap kinerja pasar saham Indonesia di tahun depan didukung oleh beberapa faktor," ujar Andrian dalam keterangannya di Jakarta, Selasa.

Baca juga: Mirae Sekuritas prediksi IHSG masih positif hingga akhir tahun

Dari sisi internal, lanjut Andrian, pasar saham didukung tren pemulihan pertumbuhan pendapatan perusahaan sejalan dengan berlanjutnya pemulihan ekonomi domestik.

Selain itu, kurva COVID-19 yang cenderung melandai baik dari tingkat infeksi dan tingkat kematian dan perkembangan positif distribusi vaksin diharapkan dapat memberikan sentimen yang positif terhadap ekonomi riil dan pasar finansial.

Selanjutnya, pengesahan omnibus law yang berpotensi menjadi sumber baru pertumbuhan ekonomi Indonesia.

"Valuasi pasar saham Indonesia yang cukup menarik, baik dibandingkan secara historis maupun relatif terhadap kelas aset lainnya, juga berpotensi mendorong penguatan pasar saham lebih tinggi lagi," kata Andrian.

Dari sisi eksternal, pasar saham didukung oleh hasil dari Pemilu AS, meskipun diperkirakan tidak menghilangkan ketegangan geopolitik sepenuhnya terkait dengan konflik dagang.

"Namun, besar kemungkinan pendekatan yang dilakukan akan lebih tidak konfrontatif dibandingkan dengan pemerintahan sebelumnya sehingga gejolak pasar terutama di negara berkembang akan berkurang," ujar Andrian.

Selain katalis positif tersebut, setidaknya terdapat dua risiko yang harus dicermati investor saat ini. Pertama, penundaan ketersediaan vaksin.

"Perkembangan vaksin merupakan salah satu faktor utama pemicu optimisme pasar karena diyakini bahwa vaksin dapat menjadi solusi terhadap penyebaran pandemi dan mengembalikan aktivitas kehidupan dan ekonomi menjadi lebih normal," kata Andrian.

Risiko berikutnya yaitu reformasi yang tidak dijalankan dengan baik. Jika peraturan pendukung tidak keluar tepat waktu dan tepat sasaran maka dapat mengganggu pemulihan ekonomi, karena dibutuhkan peraturan pendukung yang kuat untuk memastikan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

"Di samping itu, penolakan publik yang berlarut-larut juga dapat mengganggu aktivitas ekonomi," ujar Andrian.

Baca juga: Indonesia resmi resesi, IHSG sesi pertama ditutup melambung
Baca juga: IHSG ditutup turun seiring ketatnya pemilihan presiden AS

Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Kelik Dewanto
COPYRIGHT © ANTARA 2020