Solo (ANTARA News) - Delapan puluh persen dari sekitar 500 orang teroris yang berhasil digerebek polisi adalah generasi muda, kata seorang inisiator Barisan Tolak Terorisme, Nasir Abas, saat sosialisasi bahaya terorisme bagi generasi muda di Pondok Pesantren Al Muayyad Solo, Kamis.

Menurut Abas, jaringan terorisme sebagian besar merekrut pemuda berusia antara 18 hingga 30 tahun atau belum berkeluarga.

Oleh karena itu, pihaknya melakukan sosialisasi dengan tujuan menangkis ajakan atau rekrutmen kaum muda masuk jaringan terorisme.

Ia menjelaskan, arti terorisme yakni tindakan kekerasan yang mengakibatkan jatuh korban jiwa yang tidak tahu apa-apa atau orang yang tidak bersenjata di tempat umum.

Sementara inisiator lain, mantan Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Azyumardi Azra menjelaskan, sosialisasi bahaya terorisme terus dilakukan kepada masyarakat terutama generasi muda karena sel-sel terorisme masih hidup dan terus bergerak di negara ini.

Meskipun sejumlah pimpinan teroris seperti Noerdin M Top maupun Dulmatin sudah dilumpuhkan oleh polisi, generasi muda relatif rentan direkrut jaringan terorisme ini karena mereka umumnya mempunyai banyak masalah seperti persoalan pendidikan, kesenjangan sosial, globalisasi dan lainnya.

Gangguan seperti tersebut, kata dia, yang menjadi sasaran dan dimanfaakan oleh sel-sel terorisme untuk direkrut dengan menggunakan terminologi agama misal, bom bunuh diri sebagai jihad.

Menurutnya, dakwah yang diajarkan Nabi Muhammad SAW adalah penuh kasih sayang bagi semesta alam, sedangkan gerakan terorisme melalui tindakan kekerasan dengan membawa-bawa Agama Islam sehingga ajaran itu bisa terpojok.

Ia menjelaskan, tindakan kekerasan bom bunuh diri yang dilakukan terorisme didasari kemarahan mereka atas Amerika Serikat yang berlaku tidak adil atau yang selalu mendukung Israel yang melakukan kekejaman terhadap Bangsa Palestina.

Namun, mereka meletakan bomnya di Indonesia seperti kejadian di Bali dan Jakarta, bahkan ada usaha melebarkan jaringannya melalui kelompok-kelompok yang beberapa waktu lalu telah digerebek polisi.

Oleh karena itu, generasi muda harus dilindungi dengan memberikan pemahaman yang baik mengenai Islam kepada mereka.

Dia mengharapkan kerja sama sejumlah pondok pesantren, sekolah, dan semua elemen masyarakat untuk ikut berpartisipasi memerangi bahaya terorisme. "Mereka yang direkrut sebagian besar sudah di luar pondok atau alumni pondok pesantren," katanya. (*)

KR-BDM/A033/AR09

Pewarta: jafar
Editor: Jafar M Sidik
COPYRIGHT © ANTARA 2010