Sanaa/Aden (ANTARA News/Reuters) - Sedikitnya tiga orang tewas dalam bentrokan di sebuah kota bergolak Yaman, kata saksi dan media setempat, Senin, sementara pertempuran mematikan meningkat antara pasukan keamanan dan separatis di wilayah selatan negara itu.

Pemerintah juga menaikkan harga bahan bakar, yang membuat subsidi berkurang untuk yang kedua kali tahun ini. Perkembangan itu berpotensi menyulut amarah di negara miskin tersebut.

Kekerasan di kota wilayah selatan, Dalea, meletus Minggu malam ketika tembak-menembak antara pasukan keamanan dan separatis menewaskan seorang pengendara motor yang sedang lewat, kata beberapa saksi.

Senin, seorang pria berusia 70 tahun tewas dalam bentrokan dan tiga lain cedera, menurut media selatan. Kementerian Dalam Negeri Yaman mengatakan, seorang separatis berusia 32 tahun ditemukan tewas di daerah yang sama.

Pria itu ditembak di kepala dan dada, namun kementerian tersebut menyatakan masih belum jelas siapa yang mendalangi pembunuhan itu.

Sementara itu, beberapa saksi mengatakan, separatis berusaha menyerbu sebuah kantor pemerintah di Dalea pada Senin. Media setempat mengatakan bahwa pemerintah, yang mengirim bala-bantuan, menggagalkan serangan tersebut.

Situs berita wilayah selatan News Web mengatakan, kelompok-kelompok separatis bersenjata melancarkan serangan di sejumlah pasar di Dalea pada Senin pagi dan sempat memutuskan jalan-jalan yang menghubungkan kota itu dengan desa-desa sekitarnya.

Yaman Utara dan Yaman Selatan secara resmi bersatu membentuk Republik Yaman pada 1990 namun banyak pihak di wilayah selatan, yang menjadi tempat sebagian besar minyak Yaman, mengatakan bahwa orang utara menggunakan penyatuan itu untuk menguasai sumber-sumber alam dan mendiskriminasi mereka.

Kekerasan di Yaman bagian selatan meningkat dalam beberapa waktu terakhir ini ketika separatis yang memprotes pemerintah Presiden Ali Abdullah Saleh bentrok dengan pasukan keamanan yang menewaskan tiga polisi dan lima pemrotes.

Ketegangan meningkat di Yaman selatan setelah seorang pemrotes tewas ditembak polisi pada 13 Februari. Insiden itu menyulut kerusuhan dimana separatis membakar pertokoan milik orang utara dan berusaha memblokade sebuah jalan utama.

Pihak berwenang melakukan operasi keamanan dan menangkap sekitar 180 orang di provinsi-provinsi selatan.

Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh telah mendesak rakyat Yaman tidak mendengarkan seruan-seruan pemisahan diri, yang katanya sama dengan pengkhianatan.

Negara-negara Barat dan Arab Saudi, tetangga Yaman, khawatir negara itu akan gagal dan Al-Qaeda memanfaatkan kekacauan yang terjadi untuk memperkuat cengkeraman mereka di negara Arab miskin itu dan mengubahnya menjadi tempat peluncuran untuk serangan-serangan lebih lanjut.

Yaman menjadi sorotan dunia ketika sayap regional Al-Qaeda AQAP menyatakan mendalangi serangan bom gagal terhadap pesawat penumpang AS pada Hari Natal.

AQAP menyatakan pada akhir Desember, mereka memberi tersangka warga Nigeria "alat yang secara teknis canggih" dan mengatakan kepada orang-orang AS bahwa serangan lebih lanjut akan dilakukan.

Para analis khawatir bahwa Yaman akan runtuh akibat pemberontakan Syiah di wilayah utara, gerakan separatis di wilayah selatan dan serangan-serangan Al-Qaeda. Negara miskin itu berbatasan dengan Arab Saudi, negara pengekspor minyak terbesar dunia.

Sanaa menyatakan, pasukan Yaman membunuh puluhan anggota Al-Qaeda dalam dua serangan pada Desember.

Kedutaan Besar Inggris di Sanaa juga menjadi sasaran rencana serangan bunuh diri Al-Qaeda yang digagalkan aparat keamanan Yaman pada pertengahan Desember.

Sebuah sel Al-Qaeda yang dihancurkan di Arhab, 35 kilometer sebelah utara ibukota Yaman tersebut, "bertujuan menyusup dan meledakkan sasaran-sasaran yang mencakup Kedutaan Besar Inggris, kepentingan asing dan bangunan pemerintah", menurut sebuah pernyataan yang dipasang di situs 26Sep.net surat kabar kementerian pertahanan.

Selain separatisme, Yaman juga dilanda penculikan warga asing dalam beberapa tahun ini. (M014/K004)

Pewarta: handr
Editor: Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2010