Jakarta (ANTARA News) - Sekitar enam bulan sudah Sofyan Djalil tidak lagi menjabat Menteri BUMN. Selama itu pula, ia mengaku lebih nyaman karena memiliki waktu lebih banyak untuk membagi ilmu manajerial yang dimlikinya kepada orang yang membutuhkan.

Menurut Sofyan, belakangan ini permintaan menjadi pembicara sangat banyak. Mulai pelatihan-pelatihan kepemimpinan di perusahaan, memberi kuliah di perguruan tinggi, hingga seminar-seminar terkait isu ekonomi.

"Saya biasanya diminta memaparkan pengalaman ketika menjadi birokrat. Pengalaman saat memimpin Kementerian Kominfo dan Kementerian BUMN," kata Sofyan, usai memberi ceramah pada Advanced Leadership Program: "Leadership, from Academics to Government and Business), di Jakarta, Rabu.

Acara yang digelar oleh Executive Center For Global Leadership (ECGL)tersebut diikuti para direksi dan manajar di perusahaan milik pemerintah dan swasta.

Sofyan membandingkan, ketika dirinya menjadi orang pertama di kementerian, relatif tidak ada waktu luang untuk kegiatan memberi materi pembelajaran soal kepemimpinan.

"Sekarang, waktu cukup. Tinggal menyesuaikan saja," kata Sofyan.

Menurut dia, mulai semester II tahun ini dia segera aktif mengajar di Universitas Indonesia dan Universitas Padjajaran.

Sesua latar belakangnya, kemungkinan Sofyan akan memberi materi kuliah soal hukum pasar modal, dan manajemen.

Selain menjadi dosen, pria kelahiran, Perlak, Aceh, 23 September 1953 ini, juga mengaku sekarang bisa berolahraga lebih teratur, dan punya waktu banyak untuk keluarga.

"Prinsipnya, semua kegiatan saya harus memiliki nilai tambah baik untuk orang per orang maupun untuk komunitas masyarakat. Mengajar, memberi ceramah agama, saya rasa sudah cukup berguna bagi mereka yang membutuhkan," tutur pria berkumis ini.

Ia mengaku, dirinya sama sekali tidak pernah merasa kehilangan apa pun ketika tidak lagi menjadi pejabat.

"Biarkan mengalir seperti air. Dan, jangan pernah merasa jadi pejabat," katanya, tanpa merinci ungkapan yang dimaksud.

Ia hanya mencontohkan, dirinya tidak merasa ada "post power syndrome".

"Biasa saja, tidak ada yang berubah pada diri saya. Sewaktu jadi Menteri saya juga pernah naik ojek karena jalanan macet. Saya menikmati betul hidup ini," ujarnya.

Selain menjadi dosen, pemakalah pada seminar, dan menulis kolom soal manajerial, Sofyan mengku paling beruntung karena bisa aktif membantu sang istri, DR Ratna Megawangi, mengelola Yayasan Warisan Luhur Indonesia yang fokus pada pendidikan anak.
(T.R017/B/H-KWR/R009)

Pewarta: handr
Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2010